Kisah Inspiratif Mahasiswa UMMAT Magang di Thailand, Kunci Sukses Menembus Pasar Global

Kisah Inspiratif Mahasiswa UMMAT Magang di Thailand, Kunci Sukses Menembus Pasar Global

Mataram, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), Hanik, peserta internasional YALA PESAO 1’s magang, berbagi cerita inspiratif tentang pengalamannya di Thailand. Program yang berlangsung selama dua bulan ini membuka banyak peluang dan tantangan, sekaligus menjadi pembelajaran berharga dalam kehidupan dan kariernya (06/12).

Hanik Ditempatkan di Kabang Pittayakham School, sebuah sekolah setingkat aliyah yang berlokasi di provinsi Yala, Thailand Selatan. “Alhamdulillah, saya magang di daerah mayoritas Muslim. Pengalaman ini memberi saya kesempatan untuk mengajar dan berinteraksi dengan siswa menengah di sana,” ujarnya. Namun, perjalanan ke lokasi tidaklah mudah. “Tempat saya berada di daerah terdalam, dan untuk mencapai kota, saya harus menempuh perjalanan 12 jam melewati dua lembah,” tambahnya.

Dalam perjalanan magangnya, Hanik menghadapi berbagai tantangan, termasuk perbedaan budaya, mentalitas, dan bahasa. “Di Thailand, rata-rata orang belum bisa berbahasa Inggris. Namun, alhamdulillah, saya sedikit-sedikit bisa berbahasa Melayu, sehingga mempermudah komunikasi,” ungkapnya. Tantangan ini tidak hanya menguji kemampuan adaptasi Hanik, tetapi juga membantunya memahami pentingnya fleksibilitas dan keterampilan komunikasi lintas budaya.

Ia juga mencatat perbedaan signifikan dalam sistem pendidikan antara Thailand dan Indonesia. “Di Thailand, siswa SMA diberikan kebebasan untuk menggunakan HP dalam proses belajar, dan fasilitas yang diberikan sangat mendukung eksplorasi mereka. Hal ini berbeda dengan di Indonesia,” jelas Hanik. Menurutnya, kebebasan ini menciptakan lingkungan belajar yang inovatif dan memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi potensi mereka secara maksimal. “Guru-guru di sana juga sangat dihormati, dan perhatian siswa terhadap pengajaran sangat baik,” tambahnya.

Selain itu, Hanik mengamati bahwa budaya belajar siswa di Thailand cenderung lebih mandiri. Mereka terdorong untuk mengeksplorasi materi pelajaran sendiri dan mengembangkan solusi kreatif untuk berbagai permasalahan. Pengalaman ini memberikan wawasan baru bagi Hanik tentang pendekatan pendidikan yang berbeda, yang menurutnya dapat menjadi inspirasi bagi sistem pendidikan di Indonesia.

Hanik menekankan bahwa pencapaiannya tidak terlepas dari dukungan kampus. “Kampus UMMAT sangat mendukung, terutama karena memiliki asosiasi di Thailand yang memudahkan mahasiswa untuk terlibat dalam program seperti ini,” katanya. Ia juga menyebutkan bahwa program magang ini cukup viral di Thailand, menarik perhatian banyak mahasiswa. “Program ini tidak hanya memberikan pengalaman mengajar, tetapi juga membuka jejaring internasional,” tambahnya.

Namun, program ini memiliki persyaratan yang ketat. “Peserta harus bisa berbahasa Inggris dan siap ditempatkan di daerah mana pun di Thailand,” ungkap Hanik. Program ini juga menuntut komitmen tinggi dari para pesertanya, karena mereka harus mampu beradaptasi dengan lingkungan baru yang sering kali jauh dari kenyamanan. “Saya sangat bersyukur bisa terlibat dalam program ini, karena ini adalah pengalaman yang tidak akan saya lupakan seumur hidup,” ujarnya penuh rasa syukur.

Pengalaman Hanik di Kabang Pittayakham School memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya keterbukaan dan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan. Menurutnya, sekolah tempatnya mengajar memiliki pendekatan yang sangat terbuka dan inovatif. “Sekolah ini sangat open-minded, meskipun berada di daerah yang cukup terpencil. Mereka memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis dan mandiri,” jelas Hanik.

Sebagai penutup, Hanik memberikan pesan berharga kepada mahasiswa lainnya. “Kita harus meningkatkan soft skill, hard skill, dan networking. Tiga hal ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas diri. Apalagi di era sekarang, Artificial Intelligence (AI) saja sudah bisa berbahasa Inggris, masa kita tidak bisa?” katanya dengan penuh semangat.

Hanik juga mengingatkan pentingnya memiliki mental yang kuat dan sikap pantang menyerah. “Setiap tantangan yang kita hadapi adalah bagian dari proses belajar. Jangan pernah takut untuk keluar dari zona nyaman, karena di situlah kita akan menemukan potensi terbaik dalam diri kita,” tambahnya.

Kisah Hanik menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus mengejar peluang dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan global. Dengan pengalaman berharga ini, ia membuktikan bahwa semangat belajar dan adaptasi adalah kunci untuk meraih kesuksesan di mana pun berada. Hanik berharap cerita ini dapat memotivasi lebih banyak mahasiswa untuk mengikuti program-program internasional dan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia melalui pengalaman global (HUMAS UMMAT).

Perjuangan 3 Bulan Terbayar, Mahasiswa PGMI UMMAT Raih Podium di Rektor Cup 2024

Perjuangan 3 Bulan Terbayar, Mahasiswa PGMI UMMAT Raih Podium di Rektor Cup 2024

Mataram, Ulil Khotim Azhari, mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), sukses menorehkan prestasi gemilang dengan meraih Juara 3 di ajang Rektor Cup IV UMMAT 2024. Kejuaraan pencak silat yang berlangsung selama tiga hari di Auditorium UMMAT ini menghadirkan ribuan pesilat dari berbagai daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB) (03/01).

Ulil berbagi kisah perjalanan panjangnya menuju keberhasilan ini. “Saya mempersiapkan diri selama 3 bulan terakhir dengan fokus pada persiapan mental, teknik, dan tidak lupa berdoa. Menjaga niat, komitmen, dan semangat untuk selalu berlatih itu tidaklah mudah, apalagi melawan rasa malas dalam diri sendiri. Tapi jika ingin menjadi seorang juara, semua komitmen, niat, serta semangat pasti akan berkobar selalu di dalam jiwa,” ungkapnya dengan penuh semangat.

Ajang Rektor Cup IV UMMAT 2024 menjadi wadah penting bagi para pesilat untuk unjuk kebolehan sekaligus mempererat hubungan persaudaraan antaranggota Tapak Suci se-NTB. Tidak hanya menjadi ajang kompetisi, kejuaraan ini juga bertujuan mencetak atlet-atlet berbakat yang mampu membawa nama NTB ke tingkat nasional.

Ulil mengaku bangga dengan pencapaiannya, meskipun belum mencapai posisi juara 1 atau 2. “Meski belum bisa meraih gelar juara pertama atau kedua, saya tetap merasa sangat bahagia dengan juara 3 ini. Prestasi ini juga merupakan pengalaman yang ke sekian kalinya yang saya raih dalam pertandingan kategori dewasa. Kesan saya setelah mengikuti kompetisi ini adalah dorongan untuk berjuang lebih keras lagi dalam kejuaraan-kejuaraan berikutnya,” jelasnya.

Ia juga mengapresiasi penyelenggaraan kompetisi yang berlangsung dengan sangat baik dan adil. “Tanpa adanya kecurangan sama sekali, hal ini menjadi pengalaman yang sangat berharga untuk meningkatkan kemampuan saya ke depannya,” katanya.

Selain berbagi pengalaman, Ulil juga memberikan pesan inspiratif kepada generasi muda. “Jangan ubah impianmu, tetapi ubahlah caramu. Hasil tidak bisa diraih dengan berbentuknya fosil, tetapi dengan hal-hal kecil. Sebelum saya menjadi juara yang sesungguhnya, saya tidak akan berhenti untuk bertanding,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Ke depan, Ulil bertekad untuk terus mengikuti berbagai kompetisi demi meningkatkan kemampuan dan pengalaman. “Saya akan terus mencoba mengikuti lomba-lomba lainnya. Tahun 2024 ini memberikan pengalaman dan jam terbang yang luar biasa. Saya berharap di tahun 2025 bisa lebih tajam lagi dalam persiapan dan meraih hasil terbaik di podium,” tambahnya.

Kejuaraan Rektor Cup IV UMMAT 2024 mempertandingkan berbagai kategori, seperti penghargaan untuk kontingen terbaik, juara umum I, II, dan III, serta pesilat terbaik kategori tanding putra dan putri. Selama tiga hari pelaksanaannya, kejuaraan ini menjadi saksi dari aksi-aksi luar biasa para pesilat yang menunjukkan teknik dan semangat juang yang tinggi.

Sebagai salah satu peserta, Ulil merasa bangga bisa berkompetisi di ajang ini. “Saya mengikuti kejuaraan ini dengan harapan bisa menambah pengalaman dan mempersiapkan diri untuk menjadi lebih baik di masa mendatang,” ujarnya.

Dengan raihan prestasi ini, Ulil Khotim Azhari telah membuktikan bahwa dedikasi, komitmen, dan kerja keras akan selalu membuahkan hasil. Ia menjadi salah satu contoh nyata mahasiswa UMMAT yang tidak hanya unggul di bidang akademik tetapi juga di ranah olahraga. Kejuaraan Rektor Cup IV UMMAT 2024 menjadi momentum penting untuk memupuk semangat juang generasi muda NTB dan menginspirasi lahirnya bibit-bibit atlet profesional masa depan (HUMAS UMMAT).

Gaungkan Perlawanan Kekerasan Seksual, FORMASI UMMAT Komitmen Putus Mata Rantai Reviktimisasi di Dunia Pendidikan

Gaungkan Perlawanan Kekerasan Seksual, FORMASI UMMAT Komitmen Putus Mata Rantai Reviktimisasi di Dunia Pendidikan

Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) melalui Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMASI) gelar dialog publik bertajuk “Problematika dan Pencegahan Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan: Reviktimisasi dan Perlindungan Generasi Muda”. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk menguraikan langkah-langkah pencegahan dan solusi bersama dalam menangani isu kekerasan seksual di dunia pendidikan, Auditorium H. Anwar Ikraman (02/01).

Ketua Panitia, Mulyani, menyoroti peningkatan kasus kekerasan seksual di dunia pendidikan. “Beberapa tahun terakhir, kekerasan seksual menjadi ancaman serius, terutama di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat aman untuk belajar dan berkembang. Melalui dialog ini, kami ingin memberikan ruang diskusi yang konstruktif untuk membahas solusi bersama,” ujarnya dengan penuh semangat.

Ketua Umum FORMASI, Soalihin,  menekankan pentingnya upaya pencegahan kekerasan seksual sebagai tanggung jawab bersama. “Generasi muda harus dipupuk dengan nilai-nilai positif dan dilindungi dari ancaman kekerasan seksual. Kekerasan ini berdampak buruk, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara psikis. Kita semua bertanggung jawab untuk menghentikan mata rantai kekerasan ini,” tegasnya. Ia juga berharap hasil dari dialog ini dapat menjadi rekomendasi konkret untuk memberantas kekerasan seksual di lingkungan pendidikan.

Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BKA) UMMAT, Drs. Amil, M.M., yang menekankan pentingnya sinergi antara kampus, mahasiswa, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan bebas dari kekerasan seksual. “Kampus harus menjadi pelopor dalam pencegahan kekerasan seksual dengan menyediakan kebijakan, edukasi, dan layanan yang mendukung para korban,” katanya. Ia juga menyoroti relevansi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS), yang menjadi landasan hukum bagi institusi pendidikan untuk mengambil langkah aktif dalam pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.

“UU TPKS memberikan kerangka hukum yang jelas bagi kampus untuk melindungi mahasiswanya. Dengan adanya payung hukum ini, kita dapat bekerja sama lebih baik untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung pendidikan yang berkualitas, apalagi sekarang dikampus kita sudah ada lembaga PPKS yang akan intens mengawal isu kekerasan” ungkapnya. Ia berharap kampus-kampus di Indonesia, termasuk UMMAT, dapat terus meningkatkan kesadaran dan edukasi mengenai isu ini, sekaligus menjadi zona aman bagi generasi muda untuk belajar dan berkembang.

Dialog publik ini menghadirkan pembicara-pembicara kompeten dari berbagai bidang, yakni : Joko Jumadi, Ketua Lembaga Pencegahan Kekerasan Seksual Universitas Mataram, yang memaparkan pentingnya edukasi preventif. “Masyarakat sering kali tidak sadar bahwa tindakan tertentu dapat dikategorikan sebagai kekerasan seksual. Oleh karena itu, perlu ada sosialisasi terus-menerus tentang apa yang termasuk kekerasan seksual dan bagaimana mencegahnya,” jelasnya.

Menurut Joko Jumadi, kekerasan seksual dapat dipecah ke dalam beberapa bentuk, yaitu:

  1. Pelecehan Verbal, Melibatkan ucapan, komentar, atau candaan bernada seksi yang memberi seseorang. “Banyak yang tidak menyadari bahwa ucapan bernada seksi, meski terkesan hanya bercanda, sebenarnya bisa berdampak besar pada korban,” ujar Joko.
  2. Pelecehan Non-Verbal, Seperti isyarat tubuh, pandangan tidak senonoh, atau tindakan yang mengandung unsur seksual tanpa persetujuan korban. “Hal ini sering terjadi di lingkungan pendidikan, namun jarang dilaporkan karena dianggap hal sepele,” tambahnya.
  3. Kekerasan Fisik, Meliputi pemaksaan sentuhan hingga tindakan seksual menggunakan kekerasan atau ancaman. “Ini merupakan bentuk kekerasan yang paling nyata dan sering kali meninggalkan trauma mendalam pada korban,” ungkapnya.
  4. Eksploitasi Seksual, Pemanfaatan seseorang untuk tindakan seksual dengan tekanan, ancaman, atau ketergantungan tertentu. “Contohnya adalah pemaksaan untuk memenuhi kebutuhan seksual dengan keseimbangan nilai akademik atau keuntungan lain,” jelasnya.
  5. Reviktimisasi, Situasi di mana korban kembali menjadi sasaran kekerasan atau diskriminasi akibat penanganan kasus yang tidak sensitif. “Korban sering kali merasa tidak mendapat dukungan yang layak dan malah menyalahkan atas apa yang menimpa mereka,” katanya.

Joko Jumadi juga menegaskan bahwa penanganan kekerasan seksual memerlukan upaya kolaboratif. Kampus, mahasiswa, dan masyarakat harus bahu-membahu untuk menciptakan lingkungan yang aman dan melindungi generasi muda dari ancaman kekerasan seksual.

Sementara itu, perwakilan dari Polda NTB, AKBP Ni Pujewati, S.I.K, M.M, memberikan panduan praktis terkait pelaporan kasus kekerasan seksual dan prosedur hukum yang dapat ditempuh oleh korban. “Kami di kepolisian terus mendorong keberanian untuk melapor dan memastikan bahwa perlindungan bagi mereka menjadi prioritas,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa kepolisian memiliki mekanisme perlindungan yang terstruktur untuk melindungi korban dari intimidasi atau ancaman lebih lanjut. “Pelaporan dapat dilakukan secara langsung atau melalui platform digital yang kami sediakan untuk memudahkan akses bagi korban. Kami juga menyediakan pendampingan hukum serta psikologis bagi mereka yang membutuhkan,” jelasnya.

Dialog ini mendapat respons positif dari peserta yang hadir. Banyak mahasiswa yang merasa bahwa isu kekerasan seksual perlu dibahas lebih mendalam dan menjadi perhatian utama, terutama di tahun-tahun mendatang. Salah satu peserta, Dian Fadilah, mahasiswa FKIP UMMAT, menyampaikan harapannya, “Semoga kampus, apparat berwajib dan masyarakat semakin peduli terhadap masalah ini, karena kekerasan seksual tidak hanya merusak korban, tetapi juga generasi masa depan.” imbuhnya.

Sebagai penutup, Soalihin, menyampaikan harapan besarnya terhadap keberlanjutan gerakan ini. “Kami berharap dialog ini menjadi awal dari perubahan nyata. Kita semua harus berkomitmen untuk memberantas kekerasan seksual dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi generasi muda,” ujarnya.

Dengan terselenggaranya dialog publik ini, FORMASI berharap dapat menginspirasi langkah-langkah konkret dalam memutus mata rantai kekerasan seksual, tidak hanya di lingkungan UMMAT, tetapi juga di seluruh dunia pendidikan (HUMAS UMMAT).

RAIH PRESTASI DENGAN REKOR DUA TAHUN BERTURUT-TURUT, UTARI ARDITA BAGI TIPS LOLOS PENDANAAN PPK ORMAWA

RAIH PRESTASI DENGAN REKOR DUA TAHUN BERTURUT-TURUT, UTARI ARDITA BAGI TIPS LOLOS PENDANAAN PPK ORMAWA

Mataram, Meraih pendanaan PPK ORMAWA bukanlah tugas yang mudah, terlebih untuk melakukannya dua tahun berturut-turut. Namun, Utari Ardita, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), berhasil membuktikan dirinya sebagai sosok inspiratif dengan pencapaian gemilang ini. Dalam sesi berbagi pengalaman, Utari membagikan tujuh langkah strategis yang dapat membantu mahasiswa lain untuk mengikuti jejaknya (02/01).

1. Cermati Panduan PPK ORMAWA yang Berlaku Setiap Tahun

Langkah pertama adalah memahami panduan resmi PPK ORMAWA yang diterbitkan setiap tahunnya. Menurut Utari, panduan tersebut adalah “peta jalan” yang akan membawa mahasiswa memahami kriteria seleksi, prioritas program, dan teknis penyusunan proposal.
“Saya selalu membaca panduan berkali-kali. Jangan sampai ada detail kecil yang terlewat, karena itu bisa memengaruhi kelolosan proposal kita,” ujar Utari.

2. Lakukan Survei dan Wawancara untuk Identifikasi Masalah

Keberhasilan program PPK ORMAWA sangat bergantung pada relevansi masalah yang diangkat. Oleh karena itu, survei dan wawancara langsung menjadi tahapan wajib yang harus dilakukan.
“Tahun lalu, tim saya mengidentifikasi masalah di Kabupaten Lombok Utara yang termasuk daerah 3T. Kami melakukan survei kepada warga dan wawancara dengan kepala desa serta kelompok masyarakat. Dari situ, kami menemukan bahwa minimnya edukasi menjadi akar permasalahan yang harus diselesaikan,” tuturnya.

3. Bentuk Tim yang Solid

Tim yang solid adalah fondasi utama keberhasilan program. Utari merekomendasikan memilih anggota dengan keahlian yang saling melengkapi. “Pastikan setiap anggota memiliki peran yang jelas, seperti bidang administrasi, teknis, dan komunikasi. Selain itu, komitmen dan tanggung jawab adalah hal utama yang saya cari saat membentuk tim,” jelasnya.

4. Buat Proposal yang Menarik dan Berdaya Tarik

Proposal adalah wajah dari program yang diusulkan. Utari menekankan pentingnya membuat proposal yang tidak hanya informatif tetapi juga kreatif. “Gunakan bahasa yang mudah dipahami, sertakan data pendukung, dan tambahkan visualisasi seperti infografik. Misalnya, tim saya tahun lalu menyajikan data hasil survei dalam bentuk diagram untuk memperkuat argumen,” ujarnya.

5. Rencanakan Kegiatan Secara Detail

Perencanaan kegiatan yang rinci menunjukkan kesiapan tim dalam melaksanakan program. Hal ini termasuk menyusun timeline, target, dan rincian anggaran. “Kami membuat jadwal harian untuk setiap aktivitas yang akan dilakukan, termasuk siapa yang bertanggung jawab atas masing-masing tugas. Ini membantu menunjukkan kepada reviewer bahwa program kami sangat terencana,” ungkapnya.

6. Libatkan Stakeholder Lokal

Kolaborasi dengan stakeholder lokal menjadi nilai tambah dalam program. Utari menjelaskan bahwa melibatkan pemerintah desa, organisasi lokal, dan tokoh masyarakat dapat memberikan legitimasi dan dukungan yang besar. “Kami selalu berdiskusi dengan tokoh masyarakat untuk mendapatkan masukan. Bahkan, pada program tahun lalu, pemerintah desa memberikan dana pendamping untuk mendukung implementasi program,” katanya.

7. Presentasi dengan Percaya Diri

Tahap presentasi akhirnya menjadi penentu akhir dalam seleksi pembiayaan. Utari pentingnya latihan sebelum presentasi agar dapat menyampaikan ide dengan jelas dan percaya diri.
“Selain konten, cara menyampaikan juga sangat penting. Pastikan bahasa tubuh positif, nada bicara jelas, dan menunjukkan antusiasme. Tahun lalu, saya juga menggunakan slide presentasi yang sederhana namun menarik untuk memperkuat penyampaian,” ungkapnya.

Utari juga menyarankan mahasiswa untuk selalu aktif memantau informasi terkini dari kampus.
“PPK ORMAWA adalah salah satu dari sekian banyak program pendanaan yang ditawarkan. Mahasiswa perlu memanfaatkan kanal informasi resmi seperti website universitas, media sosial UMMAT, dan grup komunikasi fakultas untuk mengetahui peluang-peluang terbaru,” tambahnya.

UMMAT sendiri aktif memberikan pendampingan kepada mahasiswa yang berminat mengikuti program pendanaan seperti PPK ORMAWA. Program ini didukung penuh oleh Direktorat Kemahasiswaan yang secara rutin mengadakan pelatihan dan bimbingan teknis. Mahasiswa juga dapat mengikuti workshop penyusunan proposal yang diadakan oleh kampus setiap tahun.

“Keberhasilan saya adalah hasil dari bimbingan dan dukungan kampus. Jadi, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dosen pembimbing atau menghadiri acara-acara pelatihan yang diselenggarakan oleh kampus,” tutupnya (HUMAS UMMAT).

Fuja Islah Mawaddah Harumkan Nama UMMAT, Raih Juara Konten Edukasi Kesehatan

Fuja Islah Mawaddah Harumkan Nama UMMAT, Raih Juara Konten Edukasi Kesehatan

Mataram, Kabar membanggakan datang dari Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT). Fuja Islah Mawaddah, mahasiswa semester V Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, berhasil meraih Juara II dalam kompetisi Konten Edukasi Kesehatan yang diselenggarakan oleh Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Mataram dalam rangka Bulan Ilmiah Aksi dan Seni (BIAS) 2024 (31/12).

Kompetisi yang berlangsung selama tiga minggu ini dilakukan secara daring dengan melibatkan 23 peserta dari berbagai perguruan tinggi kesehatan di Indonesia. Fuja mampu menunjukkan keunggulannya dalam memproduksi konten yang edukatif, kreatif, dan informatif di tengah ketatnya persaingan.

Sebagai peserta, Fuja menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam mencari materi yang relevan dengan tema kesehatan yang diangkat. Namun, berbekal tekad kuat dan dedikasi tinggi, ia berhasil mengatasi hambatan tersebut. “Saya mengalami kesulitan dalam mencari materi yang benar-benar sesuai dengan tema. Namun, saya berusaha maksimal dengan membaca berbagai referensi dan meminta saran dari dosen pembimbing. Hasilnya, saya bisa menyelesaikan konten yang memenuhi kriteria penilaian,” ungkap Fuja.

Kreativitas Fuja terlihat dari caranya mengemas konten menjadi lebih menarik dengan visualisasi yang mudah dipahami oleh audiens. Ia juga menggunakan platform digital untuk menjangkau khalayak yang lebih luas, menjadikan kontennya sebagai alat edukasi kesehatan yang efektif.

Kemenangan ini mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak, termasuk jajaran pimpinan Fakultas Ilmu Kesehatan UMMAT. Ketua Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan, Rizkia Amilia, S.ST., M.Keb., menyampaikan rasa bangga atas prestasi yang diraih oleh Fuja.
“Prestasi ini membuktikan bahwa mahasiswa kami memiliki kemampuan untuk bersaing di tingkat nasional. Fuja adalah contoh nyata mahasiswa yang tidak hanya unggul secara akademik tetapi juga mampu berinovasi dan menghasilkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya.

Tidak hanya pihak fakultas, rekan-rekan mahasiswa juga memberikan dukungan dan apresiasi kepada Fuja. Mereka menganggap kemenangan ini sebagai inspirasi untuk terus berkarya dan mengukir prestasi.

BIAS 2024 merupakan ajang tahunan yang bertujuan mendorong kreativitas mahasiswa dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan dan seni. Kompetisi ini dirancang untuk menciptakan platform bagi mahasiswa agar dapat menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang penting melalui konten yang inovatif dan menarik.

Selama tiga minggu, para peserta menghadapi tantangan untuk menghasilkan karya terbaik yang dinilai berdasarkan orisinalitas, kreativitas, dampak edukasi, dan kualitas penyampaian informasi. Fuja menjadi salah satu peserta yang berhasil menonjol di tengah ketatnya seleksi ini.

Sebagai seorang mahasiswa, Fuja tidak hanya berhenti pada prestasi ini. Ia berharap keberhasilannya dapat memotivasi mahasiswa lainnya untuk terus berkarya dan mengembangkan potensi diri. “Semoga teman-teman di UMMAT bisa meraih prestasi gemilang lainnya. Saya juga berharap kampus terus mendukung kami untuk berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat,” tuturnya penuh harap (HUMAS UMMAT).

21 Mahasiswa Terima Beasiswa Stimulan untuk Raih Prestasi Gemilang, Kolaborasi Hebat UMMAT dan PEMPROV NTB

21 Mahasiswa Terima Beasiswa Stimulan untuk Raih Prestasi Gemilang, Kolaborasi Hebat UMMAT dan PEMPROV NTB

Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) terus menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberikan dukungan nyata kepada mahasiswanya. Sebanyak 21 mahasiswa UMMAT terpilih menerima Beasiswa Stimulan Kerja Sama (BSK), yang merupakan hasil kolaborasi antara UMMAT dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) NTB (30/12).

Wakil Rektor III UMMAT, Dr. Erwin menyampaikan apresiasi tinggi kepada mahasiswa yang berhasil meraih beasiswa ini dan memberikan motivasi agar mereka terus berprestasi. “Selamat kepada 21 mahasiswa yang terpilih sebagai penerima Beasiswa Stimulan Kerja Sama. Semoga program ini dapat meningkatkan semangat belajar dan produktivitas mahasiswa, sehingga mereka mampu bersaing dan meraih prestasi,” ujarnya.

Program BSK ini merupakan salah satu bentuk nyata sinergi antara pemerintah daerah dan perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Beasiswa ini diberikan sebagai bentuk apresiasi dan dukungan kepada mahasiswa yang telah menunjukkan prestasi, baik di bidang akademik maupun non-akademik. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan generasi muda NTB yang mampu bersaing di tingkat nasional bahkan internasional.

Dalam kesempatan tersebut, para penerima beasiswa mengungkapkan rasa syukur dan komitmennya untuk terus belajar dan berprestasi. Salah satu penerima, yang merupakan mahasiswa program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Iin Dwian Putri menyampaikan harapannya agar beasiswa ini dapat menjadi pendorong untuk mencapai cita-cita.

“Sebagai penerima Beasiswa Stimulan Kerja Sama, Saya sangat berharap dapat memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin untuk mengembangkan potensi diri dan meningkatkan kualitas pendidikan saya. Beasiswa ini tidak hanya meringankan beban finansial, tetapi juga menjadi motivasi tambahan bagi saya untuk belajar lebih banyak dan berkontribusi positif di lingkungan kampus,” ungkapnya.

Selain dukungan finansial, beasiswa ini juga dianggap sebagai bentuk pengakuan terhadap potensi dan kerja keras mahasiswa. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi mereka untuk terus berkembang, baik dalam bidang akademik maupun pengembangan diri.

Dr. Erwin juga menekankan pentingnya kolaborasi strategis antara UMMAT dan berbagai pihak eksternal untuk membuka lebih banyak peluang bagi mahasiswa.

“Kami berkomitmen menghadirkan program-program pengembangan mahasiswa, baik melalui beasiswa maupun pelatihan lainnya. Kerja sama dengan BRIDA NTB ini adalah salah satu contoh nyata bagaimana kolaborasi dapat memberikan dampak positif bagi pendidikan di NTB. Semoga sinergi ini dapat terus berjalan dan membawa manfaat besar,” tambahnya.

Lebih lanjut, Dr. Erwin mengungkapkan bahwa UMMAT akan terus berinovasi dalam menciptakan program-program yang mendukung pengembangan mahasiswa. Hal ini termasuk pelatihan, seminar, dan program pengembangan karier yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Acara penyerahan beasiswa ini ditutup dengan sesi foto bersama, yang menggambarkan semangat kolaborasi antara UMMAT dan Pemerintah Provinsi NTB dalam mencetak generasi muda yang unggul, inovatif, dan berprestasi.

Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. UMMAT, sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di NTB, terus memperkuat perannya dalam mendukung pencapaian visi NTB untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, berdaya saing, dan berkontribusi nyata bagi pembangunan daerah.

Dengan program seperti Beasiswa Stimulan Kerja Sama ini, UMMAT menunjukkan komitmennya untuk mendukung mahasiswa meraih cita-cita mereka, sekaligus memperkuat posisinya sebagai institusi pendidikan yang mampu mencetak generasi muda yang siap menghadapi tantangan global (HUMAS UMMAT).