Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan menjadi tuan rumah Training Transfer Pengetahuan tentang Teknologi Pertambangan Batu Bara. Acara yang diselenggarakan dari tanggal 3 hingga 5 September 2024 ini merupakan kolaborasi internasional antara Japan Organization for Metals and Energy Security (JOGMEC) dan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia untuk Geologi, Mineral, dan Batu Bara (PPSDM Geominerba ESDM), (03/09/2024).
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan keahlian di bidang energi dan sumber daya mineral, khususnya dalam teknologi pertambangan batu bara. Kegiatan ini dihadiri oleh puluhan mahasiswa dan dosen UMMAT, serta menghadirkan para pakar dari Jepang yang siap berbagi ilmu dan pengalaman.
Ketua Program Studi S1 Teknik Pertambangan UMMAT, Bedy Fara Aga Matrani, S.T., M.T., menyatakan kebanggaannya atas terselenggaranya training ini. “Kami sangat antusias dengan adanya pelatihan ini. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, kami memang telah melakukan MoU bersama ESDM pada awal tahun lalu. Kegiatan ini difasilitasi oleh ESDM, termasuk studi kunjungan eksklusi tambang bawah tanah di Sawahlunto kemarin. Dari kegiatan ini besar harapannya dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa dalam pengelolaan teknologi bawah tanah batu bara”, ujarnya.
Ia juga menekankan bahwa pelatihan ini tidak hanya menjadi ajang transfer ilmu, tetapi juga bagian dari upaya peningkatan kompetensi mahasiswa. “Kegiatan ini akan menjadi Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI) bagi mahasiswa karena acara ini berskala internasional dan langsung mendatangkan tiga narasumber dari Jepang”, tambahnya.
Rektor UMMAT yang diwakili oleh Wakil Rektor I UMMAT, Dr. Harry Irawan Johary, S.Hut., M.Si., juga menyoroti pentingnya pelatihan ini bagi mahasiswa sebagai calon profesional di bidang pertambangan. “Mahasiswa kita sekarang adalah generasi emas NTB yang nantinya akan mengelola tambang di wilayah ini. Beberapa isu penting seperti keselamatan kerja, perubahan iklim, dan pertambangan yang ramah lingkungan harus kita pelajari untuk pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan”, jelasnya.
Pada hari pertama pelatihan, Assoc. Prof. Takashi Sasaoka dari Kyushu University memberikan paparan mengenai teknologi penambangan dan keselamatan tambang bawah tanah. Beliau membagikan pengalaman tentang pengembangan batu bara di Indonesia, metode penambangan, sistem penyanggaan menggunakan roofbolt, subsidence, serta transisi dari tambang terbuka menuju tambang bawah tanah. “Penting untuk memahami berbagai metode dan teknologi dalam pertambangan, terutama ketika kita berbicara tentang transisi dari tambang terbuka ke tambang bawah tanah, yang memerlukan keahlian dan perhatian ekstra,” ujarnya.
Pelatihan akan berlanjut dengan berbagai sesi menarik lainnya. Pada hari kedua dan ketiga, Achmad Soefulloh akan menjelaskan mengenai UU dan Peraturan Keselamatan Pertambangan di Indonesia, sementara Yoshihisa Shimoda akan mengulas tentang fenomena Swabakar (Spontaneous Combustion) di tambang bawah tanah, sebuah isu penting yang sering dihadapi dalam operasi pertambangan batu bara.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan mahasiswa UMMAT dapat menggali lebih ilmu dan pengalaman langsung dari para ahli, serta siap menghadapi tantangan di industri pertambangan dengan lebih kompeten dan professional tingkat ASEAN (HUMAS UMMAT).
Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat solidaritas umat, bersama Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) menyelenggarakan kegiatan penyerahan alat bantu disabilitas dengan tajuk “Filantropi Islam dalam Meningkatkan Kemapanan Ummat.” Acara ini dihadiri oleh Dr. Faozan Amar, MM., Staff Khusus Menteri Sosial RI, yang sekaligus menjadi narasumber utama (31/08/2024).
Acara ini dimulai dengan proses pengajuan penerima bantuan yang kemudian diikuti dengan verifikasi data oleh pihak balai sentra paramita NTB. Setelah data diverifikasi, dilakukan assessment kebutuhan untuk memastikan bahwa bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan penerima. Setelah semua prosedur tersebut, dilakukan kuliah umum yang dibawakan oleh Dr. Faozan Amar, MM., yang mengupas tentang peran filantropi Islam dalam membantu sesama dan membangun kekuatan umat.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Nusa Tenggara Barat (PWM NTB), Dr. TGH. Falahuddin, M.Ag., menyampaikan apresiasi yang tinggi atas inisiatif ini. “Kegiatan ini sangat penting dalam upaya kita membangun kekuatan umat melalui pendekatan filantropi yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Saya berharap bantuan ini dapat meringankan beban saudara-saudara kita yang membutuhkan, sekaligus menginspirasi lebih banyak lagi tindakan nyata untuk membantu sesama,” ujarnya.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan penyerahan alat bantu disabilitas kepada 25 penerima yang berasal dari Kabupaten Lombok Utara (KLU) sebanyak 16 Orang dan Lombok Tengah (Loteng) sebanyak 9 Orang. Bantuan yang diserahkan berupa kursi roda dan alat bantu dengar, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup para penerima.
Dr. Faozan Amar, MM., dalam kuliah umumnya menekankan bahwa filantropi Islam adalah wujud nyata dari kepedulian terhadap sesama. “Filantropi Islam bukan hanya tentang memberikan materi, tetapi juga tentang membangun kemapuan umat dengan memberikan dukungan moral dan semangat untuk terus berjuang. Dengan bantuan ini, kita berharap penerima dapat lebih mandiri dan percaya diri dalam menjalani kehidupan”, jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa melalui filantropi, umat Islam dapat memainkan peran penting dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berdaya.
Di era modern ini, filantropi Islam harus lebih dari sekedar aksi karitatif. Ini adalah panggilan untuk memberdayakan, membangun kemandirian, dan memastikan bahwa setiap individu, terlepas dari kondisi fisiknya, memiliki kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam masyarakat. Dengan bantuan ini, kita berharap penerima dapat lebih mandiri dan percaya diri dalam menjalani kehidupan”, lanjutnya
Ia juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak, baik pemerintah, lembaga pendidikan, maupun organisasi keagamaan, dalam memajukan misi filantropi ini. “Kita semua memiliki peran untuk memainkan. Dengan bekerja sama, kita dapat mencapai lebih banyak dan memberikan dampak yang lebih besar pada masyarakat yang membutuhkan”, tambahnya.
Acara ini tidak hanya menjadi momentum untuk menyalurkan bantuan, tetapi juga sebagai ajang edukasi dan penguatan peran umat Islam dalam membangun solidaritas sosial. Harapannya, kegiatan seperti ini dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga lebih banyak lagi saudara-saudara kita yang merasakan manfaatnya.
Dengan adanya kegiatan ini, UMMAT bersama Kemensos RI dan PWM NTB berkomitmen untuk terus menggalakkan aksi-aksi sosial yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya mereka yang membutuhkan bantuan khusus seperti para penyandang disabilitas (HUMAS UMMAT).
Mataram, Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) memperkuat jaringan akademiknya dengan menjalin kerja sama strategis bersama Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan (UAD) dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Islam Indonesia (UII). Acara penandatanganan nota kesepahaman ini dilaksanakan di Aula FIK UMMAT dan dirangkaikan dengan sharing session bertema “Penguatan Kolaborasi Tri Dharma Perguruan Tinggi” (30/08/2024).
Dekan FIK UMMAT, Apt. Nurul Qiyaam, M. Farm. Klin., menyambut hangat para narasumber dan peserta acara. Ia mengungkapkan bahwa FIK UMMAT saat ini memiliki empat program studi: D3 Farmasi, S1 Farmasi, S1 Kebidanan, dan Pendidikan Profesi Bidan. “Kami juga berniat untuk mengembangkan program studi baru, salah satunya adalah Program Studi Profesi Apoteker”, ujarnya penuh semangat.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan perkembangan FIK UMMAT dari tahun 2007 yang memiliki D3 Farmasi dan D3 Kebidanan, hingga tahun 2019 ketika memperoleh izin operasional untuk S1 Farmasi. “Dalam beberapa bulan ke depan, kami berencana mengajukan Re-Akreditasi untuk meningkatkan status akreditasi sehingga dapat membuka program studi baru, yaitu Profesi Apoteker. Harapannya, Semoga acara hari ini menjadi langkah awal untuk niat baik kami dan memperluas jejaring dan mitra, serta memperkuat implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi”, jelasnya.
Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan oleh Dekan FIK UMMAT, Dekan Fakultas Farmasi UAD, Dr. Apt. Iis Wahyuningsih, M.Si., dan Dekan FMIPA UII, Dr. Apt. Asih Triastuti, S.F., M.Pharm. Ketiga pemimpin fakultas ini menyepakati berbagai bentuk kerja sama, termasuk program pertukaran dosen dan mahasiswa, penelitian kolaboratif, serta pengabdian kepada masyarakat yang berfokus pada isu-isu kesehatan dan farmasi.
Setelah sesi penandatanganan, acara dilanjutkan dengan sharing session yang menghadirkan dua narasumber utama. Dr. Apt. Iis Wahyuningsih, M.Si., dari UAD, menyampaikan materi tentang “Pengembangan Patch Transdermal Sambiloto sebagai Sediaan Anti Diabetes”. Ia menjelaskan bagaimana tanaman sambiloto, yang dikenal memiliki khasiat dalam menurunkan kadar gula darah, dapat diolah menjadi patch transdermal. “Metode ini memungkinkan pasien diabetes untuk mengontrol kadar gula darah dengan lebih praktis dan efektif, tanpa perlu menggunakan obat oral yang memiliki efek samping lebih besar”, jelasnya dengan penuh dedikasi.
Narasumber kedua, Dr. Apt. Asih Triastuti, S.F., M. Pharm., dari UII, memaparkan topik “Pengembangan Kefarmasian dan Kesehatan Berbasis Sains Data”. Ia menekankan pentingnya data dalam memprediksi tren penyakit, menilai efektivitas pengobatan, dan mengembangkan obat baru. “Di era digital ini, pemanfaatan data yang besar dan kompleks (big data) dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif dan akurat untuk perencanaan kesehatan yang lebih baik”, ujarnya.
Kerja sama ini diharapkan dapat membawa dampak positif bagi ketiga institusi. Dekan FIK UMMAT, menambahkan bahwa kerja sama ini bukan hanya untuk kepentingan akademik, tetapi juga untuk pengembangan masyarakat. “Kami berharap kerja sama ini dapat menghasilkan riset-riset yang aplikatif dan bermanfaat bagi masyarakat luas, khususnya di bidang kesehatan dan farmasi”, ungkapnya.
Menutup acara, Apt. Nurul Qiyaam menyatakan optimismenya terhadap masa depan kolaborasi ini. “Dengan memadukan kekuatan di bidang sains dan farmasi, kita dapat menciptakan inovasi-inovasi yang relevan dengan kebutuhan zaman. Ini adalah kesempatan emas bagi kita semua untuk belajar dan berkembang bersama”, tegasnya.
Dengan suksesnya acara ini, diharapkan langkah awal ini dapat menjadi fondasi yang kuat untuk kerja sama yang lebih luas dan mendalam di masa mendatang, serta menjadi contoh nyata bagi institusi pendidikan tinggi lainnya dalam mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi (HUMAS UMMAT).
KLU, Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa) BEM Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) telah sukses berkolaborasi dengan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk membangun Desa Kerujuk di Lombok Utara melalui program revitalisasi yang digagasnya. Program ini bertujuan untuk mengembangkan potensi wisata di daerah tersebut serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian lingkungan dan budaya lokal (27/08/2024).
Berbagai kegiatan dalam program revitalisasi ini, seperti perbaikan infrastruktur wisata, penanaman pohon untuk penghijauan, pelatihan pemandu wisata lokal, hingga kampanye kebersihan dan pengelolaan sampah, dilakukan dengan tujuan menjadikan Kerujuk sebagai destinasi ekowisata unggulan yang mampu menarik wisatawan, baik dari dalam negeri maupun mancanegara.
Pegiat ekowisata sekaligus penasehat Pokdarwis Wisata Kerujuk , Sabarudin, menuturkan bahwa kehadiran mahasiswa PPK Ormawa UMMAT membawa angin segar bagi perkembangan pariwisata di desanya. “Alhamdulillah, berkat kehadiran adik-adik PPK Ormawa Faperta UMMAT, motivasi masyarakat untuk merawat dan melestarikan objek wisata semakin meningkat. Selain itu, pemerintah melalui dinas terkait telah melirik potensi Kerujuk dan berencana mengalokasikan anggaran untuk pengembangan dan revitalisasi lebih lanjut”, ujarnya dengan penuh optimis.
Ia menambahkan, partisipasi aktif mahasiswa tidak hanya membantu dalam upaya fisik tetapi juga dalam edukasi dan pembentukan kesadaran masyarakat. “Mereka memberikan pelatihan tentang pengelolaan sampah dan pentingnya menjaga kelestarian alam, yang sangat membuka mata kami tentang bagaimana pariwisata dapat berkembang tanpa merusak lingkungan”, lanjutnya. Ia juga berharap kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Lombok untuk lebih peduli pada pengembangan ekowisata yang berkelanjutan.
Wakil Rektor III UMMAT, Dr. Erwin, M.Pd., menyampaikan komitmen UMMAT dalam membangun kemitraan strategis dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah desa, komunitas Pokdarwis, dan masyarakat lokal. “Melalui Ormawa, kami ingin terus berkontribusi dalam menjaga dan mengembangkan potensi sumber daya alam yang sangat kaya di daerah ini. Kami percaya bahwa kerjasama yang kuat antara akademisi dan masyarakat adalah kunci untuk keberlanjutan ekowisata di Kerujuk”, tegasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa keterlibatan mahasiswa dalam proyek ini bukan hanya tentang pembelajaran praktis, tetapi juga tentang mengaplikasikan nilai-nilai pengabdian kepada masyarakat yang menjadi bagian dari Catur Dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah. “Mahasiswa belajar bagaimana mengidentifikasi masalah, bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan, dan mencari solusi yang berkelanjutan. Ini adalah pengalaman berharga yang tidak bisa didapatkan di dalam kelas”, tambahnya.
Selain itu, dalam upaya memperkenalkan Desa Kerujuk kepada wisatawan yang lebih luas, tim PPK Ormawa UMMAT bersama Pokdarwis juga mengadakan kampanye promosi melalui media sosial dan pembuatan situs web resmi Wisata Kerujuk. Dengan demikian, wisatawan dapat dengan mudah mengakses informasi tentang destinasi ini, termasuk rute perjalanan, jenis kegiatan yang dapat dilakukan, dan fasilitas yang tersedia.
Kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah, dan masyarakat ini diharapkan dapat menciptakan ekowisata yang berkelanjutan dan memberikan manfaat ekonomi serta sosial yang signifikan bagi masyarakat setempat. Kegiatan ini menjadi contoh nyata dari sinergi antara akademisi dan komunitas lokal dalam mengelola sumber daya alam dengan bijak dan berkelanjutan, serta menciptakan dampak positif yang nyata bagi daerah tersebut.
Dengan adanya berbagai upaya ini, Desa Kerujuk diharapkan dapat menjadi salah satu destinasi ekowisata unggulan di Nusa Tenggara Barat, yang tidak hanya menawarkan keindahan alam tetapi juga pengalaman budaya yang autentik dan berkelanjutan. Kolaborasi ini membuktikan bahwa dengan komitmen bersama, desa-desa di Lombok bisa berkembang menjadi destinasi ekowisata yang menarik dan bertanggung jawab, memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat, dan turut melestarikan alam serta budaya daerah (HUMAS UMMAT).
Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) menunjukkan kepeduliannya terhadap isu-isu kebencanaan dengan menggelar seminar bertema “Ancaman dan Mitigasi Megathrust di Selatan Lombok-Sumbawa”. Seminar ini merupakan bagian dari program Teknik Geologi UMMAT untuk NTB, yang juga menjadi program studi terbaru di Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini berhasil menarik perhatian banyak pihak, termasuk kalangan akademisi, mahasiswa, praktisi, dan pemerintah daerah yang ingin memperdalam pengetahuan mereka tentang potensi ancaman gempa bumi megathrust serta langkah-langkah mitigasinya. Auditorium UMMAT (21/08/2024).
Dekan Fakultas Teknik UMMAT, Dr. H. Aji Syailendra Ubaidillah, ST. M.Sc., menekankan pentingnya acara ini sebagai wadah edukasi dan diskusi terkait kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, khususnya gempa bumi megathrust yang dapat berdampak besar di wilayah Lombok dan Sumbawa. “Seminar ini bukan hanya sekadar ajang akademis, tetapi juga bagian dari upaya kami untuk mempersiapkan masyarakat, khususnya di Nusa Tenggara Barat (NTB), agar lebih siap dan tanggap terhadap potensi ancaman bencana. Dengan pengetahuan yang memadai, kita dapat meminimalisir dampak negatif dari bencana alam yang mungkin terjadi”, ungkapnya dengan penuh perhatian.
Seminar ini menghadirkan tiga narasumber yang ahli di bidang geologi dan kebencanaan, memberikan perspektif yang komprehensif mengenai potensi megathrust dan langkah mitigasinya.
Narasumber 1, Kusnadi, S. T., M. Sc., (Dosen Geologi UMMAT & Wakil Ketua 2 Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bidang Mitigasi Bencana Geologi), membahas secara mendalam mengenai konsep dasar Bumi dan gempa bumi, khususnya megathrust. Ia menjelaskan bahwa megathrust adalah jenis gempa bumi yang terjadi di zona subduksi, di mana lempeng tektonik yang lebih berat menyelam di bawah lempeng yang lebih ringan. Di wilayah Nusa Tenggara, potensi megathrust sangat tinggi mengingat kondisi geologis yang kompleks. “Gempa megathrust di wilayah ini dapat menghasilkan kekuatan yang sangat besar, dengan dampak yang tidak hanya terbatas pada kerusakan infrastruktur, tetapi juga berpotensi memicu tsunami yang dapat mencapai ketinggian hingga 20 meter. Ini adalah ancaman serius yang perlu kita waspadai”, jelasnya.
Ia juga membahas sejarah gempa besar yang pernah terjadi di Nusa Tenggara, menyoroti betapa pentingnya mempelajari dan memahami pola-pola kejadian gempa untuk mempersiapkan langkah mitigasi yang efektif.
Narasumber 2, Ardhianto Septiadhi, S. Si., M.T., (Kepala BMKG Stasiun Geofisika Mataram), membawakan materi seputar peran BMKG dalam pemantauan dan mitigasi gempa bumi. Ia menjelaskan bagaimana BMKG terus mengembangkan teknologi dan metode pemantauan yang lebih canggih untuk mendeteksi potensi gempa bumi sejak dini. “Dengan adanya teknologi monitoring yang semakin maju, kami dapat memberikan peringatan dini yang lebih akurat dan cepat kepada masyarakat, sehingga mereka memiliki waktu untuk bersiap dan menghindari dampak terburuk dari bencana”, ungkapnya.
Ardhianto juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara BMKG, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam memperkuat sistem mitigasi bencana di NTB.
Narasumber 3, Samsyah Samad, S. Hut., M. Si., (Kepala Bidang Pencegahan & Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB), menyampaikan materi tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana megathrust di Sumbawa dan sekitarnya. Ia menjelaskan bahwa NTB sebagai provinsi kepulauan memiliki karakteristik yang unik dan menantang dalam konteks kebencanaan. “NTB adalah daerah yang rawan bencana karena posisinya yang berada di antara dua lempeng tektonik aktif. Hal ini menuntut kita untuk selalu siap dalam menghadapi segala kemungkinan, termasuk megathrust yang berpotensi terjadi. Oleh karena itu, kami terus melakukan sosialisasi dan simulasi kepada masyarakat agar mereka lebih siap dan tidak panik saat bencana benar-benar terjadi”, jelasnya.
Acara ini ditutup dengan kesimpulan dari para narasumber yang menekankan pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam menghadapi potensi ancaman gempa bumi megathrust di wilayah Nusa Tenggara. Dekan Fakultas Teknik UMMAT menyampaikan harapannya agar seminar ini dapat menjadi langkah awal dari rangkaian kegiatan edukatif lainnya yang akan terus digalakkan oleh UMMAT dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan dan ketangguhan masyarakat terhadap bencana.
Dengan seminar ini, UMMAT tidak hanya memperkuat posisinya sebagai institusi pendidikan yang peduli terhadap isu-isu kebencanaan, tetapi juga menunjukkan perannya dalam membangun kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat, khususnya di wilayah Nusa Tenggara Barat, dalam menghadapi potensi ancaman gempa bumi dan tsunami yang dapat terjadi kapan saja (HUMAS UMMAT).
Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) resmi menjadi tuan rumah Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) Forum Pimpinan Bidang Al-Islam & Kemuhammadiyahan (AIK) Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) dan Seminar Nasional yang mengusung tema “Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Tata Kelola AIK serta AIK sebagai Living Values dan Pendidikan AIK Multidisipliner”, Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat sinergi dalam meningkatkan peran AIK dalam pendidikan dan kehidupan sehari-hari, The Jayakarta Hotel, Lombok (19/08/2024).
Rektor UMMAT, Drs. Abdul Wahab, MA., menyambut hangat seluruh peserta dari berbagai PTMA di Indonesia. Ia memaparkan perkembangan terkini UMMAT, yang telah berdiri sejak tahun 1980 dan meluluskan lebih dari 25.000 mahasiswa. “UMMAT memiliki 7 fakultas dan 34 program studi, dengan tiga di antaranya telah terakreditasi unggul. Saat ini, jumlah mahasiswa UMMAT mencapai lebih dari 7.000”, jelasnya.
Lebih lanjut, Abdul Wahab menjelaskan berbagai kegiatan AIK yang rutin dilaksanakan di UMMAT, termasuk Baitul Arqam untuk mahasiswa, dosen, dan karyawan, sertifikasi Al-Qur’an, tahfizul Qur’an, pendidikan ulama Tarjih Muhammadiyah, dan kajian setiap hari Jumat. Ia juga menyampaikan kebanggaannya atas pencapaian UMMAT yang berada di posisi kedua di NTB setelah Universitas Mataram (UNRAM) dalam persaingan antar perguruan tinggi Bali Nusra.
Ketua Forum Pimpinan AIK, Prof. Dr. Syamsudin Arifin, M.Si., mengungkapkan rasa bangganya terhadap UMMAT yang dipercaya menjadi tuan rumah RAKORNAS ini. “UMMAT mencerminkan semangat dan dinamika umat Islam di Indonesia, khususnya di wilayah Nusa Tenggara Barat, yang kaya akan tradisi keislaman dan budaya lokal. Pemilihan UMMAT sebagai lokasi acara ini sangatlah tepat, mengingat komitmennya dalam mengembangkan AIK di kalangan akademisi dan masyarakat”, takjubnya.
Ia juga berharap bahwa diskusi dan kegiatan yang berlangsung dalam forum ini tidak hanya akan menghasilkan gagasan dan kebijakan baru, tetapi juga mampu diterapkan secara konkret untuk memajukan AIK sebagai landasan pendidikan dan pembentukan karakter di lingkungan PTMA. “Saya yakin, dari Mataram ini akan muncul berbagai inovasi dan pendekatan baru yang dapat memperkaya praktik AIK di seluruh Indonesia”, tambahnya dengan penuh optimisme.
Wakil Ketua Majelis Diktilitbang, Prof. H. Achmad Jainuri, Ph.D., Ia menekankan bahwa Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) bukan sekadar komponen kurikulum, melainkan menjadi roh yang harus menjiwai seluruh aspek kehidupan akademik di PTMA. “AIK harus menjadi dasar yang mengarahkan dan memotivasi setiap langkah dalam penelitian, pengajaran, dan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh PTMA”, jelasnya.
Prof. Achmad juga menekankan bahwa AIK memiliki peran strategis dalam membentuk identitas dan karakter lulusan PTMA. Menurutnya, AIK harus terintegrasi dalam seluruh proses pendidikan, mulai dari perencanaan kurikulum hingga pelaksanaan kegiatan akademik dan non-akademik. “Kita ingin memastikan bahwa AIK menjadi ruh yang menggerakkan setiap aktivitas di PTMA, sehingga lulusan kita tidak hanya unggul dalam kompetensi akademik, tetapi juga kuat dalam moral dan etika Islam”, tambahnya.
Lebih lanjut, Prof. Achmad berharap bahwa melalui kegiatan ini, PTMA dapat semakin memperkuat komitmennya dalam mengimplementasikan AIK secara lebih holistik dan menyeluruh. “Saya yakin, dengan adanya sinergi antara semua pihak, AIK akan menjadi fondasi yang kokoh bagi seluruh kegiatan akademik dan kemasyarakatan di PTMA, serta menjadi pembeda yang signifikan bagi lulusan kita di tengah persaingan global”, pungkasnya.
Wakil Ketua Majelis Diktilitbang, Prof. H. Achmad Jainuri, Ph.D., turut menyampaikan terima kasih kepada UMMAT dan para inisiator kegiatan ini. Ia menekankan pentingnya AIK sebagai roh dan nilai yang menghidupi seluruh aspek pendidikan di PTMA. “Kita ingin AIK menjadi ruh yang menjiwai seluruh gerak akademik, penelitian, pengajaran, dan pengabdian masyarakat di PTMA”, harapnya.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Irwan Akib, M.Pd., juga menekankan bahwa Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) harus menjadi napas yang menghidupi setiap lembaga pendidikan di bawah naungan Muhammadiyah. “AIK bukan hanya sekadar mata kuliah, tetapi sebuah prinsip hidup yang harus diinternalisasi oleh seluruh civitas akademika. Melalui forum ini, PT Muhammadiyah Aisyiyah dapat terus mengawal dan memastikan AIK menjadi ciri khas yang melekat pada setiap lulusan, sehingga lulusan PTMA memiliki keunikan tersendiri yang membedakan mereka dari lulusan perguruan tinggi lainnya”, ungkapnya. Dengan demikian, AIK diharapkan dapat menjadi identitas kuat yang tidak hanya dikenal di lingkungan internal Muhammadiyah, tetapi juga diakui secara luas oleh masyarakat.
Acara yang berlangsung selama tiga hari ini, terhitung dari 19 s/d 21 Agustus 2024 diharapkan dapat menjadi momentum bagi seluruh peserta untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya, memperkuat AIK sebagai landasan dalam mengelola persyarikatan Muhammadiyah dan perguruan tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (HUMAS UMMAT).