Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) melalui Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMASI) gelar dialog publik bertajuk “Problematika dan Pencegahan Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan: Reviktimisasi dan Perlindungan Generasi Muda”. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk menguraikan langkah-langkah pencegahan dan solusi bersama dalam menangani isu kekerasan seksual di dunia pendidikan, Auditorium H. Anwar Ikraman (02/01).
Ketua Panitia, Mulyani, menyoroti peningkatan kasus kekerasan seksual di dunia pendidikan. “Beberapa tahun terakhir, kekerasan seksual menjadi ancaman serius, terutama di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat aman untuk belajar dan berkembang. Melalui dialog ini, kami ingin memberikan ruang diskusi yang konstruktif untuk membahas solusi bersama,” ujarnya dengan penuh semangat.
Ketua Umum FORMASI, Soalihin, menekankan pentingnya upaya pencegahan kekerasan seksual sebagai tanggung jawab bersama. “Generasi muda harus dipupuk dengan nilai-nilai positif dan dilindungi dari ancaman kekerasan seksual. Kekerasan ini berdampak buruk, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara psikis. Kita semua bertanggung jawab untuk menghentikan mata rantai kekerasan ini,” tegasnya. Ia juga berharap hasil dari dialog ini dapat menjadi rekomendasi konkret untuk memberantas kekerasan seksual di lingkungan pendidikan.
Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BKA) UMMAT, Drs. Amil, M.M., yang menekankan pentingnya sinergi antara kampus, mahasiswa, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan bebas dari kekerasan seksual. “Kampus harus menjadi pelopor dalam pencegahan kekerasan seksual dengan menyediakan kebijakan, edukasi, dan layanan yang mendukung para korban,” katanya. Ia juga menyoroti relevansi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS), yang menjadi landasan hukum bagi institusi pendidikan untuk mengambil langkah aktif dalam pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.
“UU TPKS memberikan kerangka hukum yang jelas bagi kampus untuk melindungi mahasiswanya. Dengan adanya payung hukum ini, kita dapat bekerja sama lebih baik untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung pendidikan yang berkualitas, apalagi sekarang dikampus kita sudah ada lembaga PPKS yang akan intens mengawal isu kekerasan” ungkapnya. Ia berharap kampus-kampus di Indonesia, termasuk UMMAT, dapat terus meningkatkan kesadaran dan edukasi mengenai isu ini, sekaligus menjadi zona aman bagi generasi muda untuk belajar dan berkembang.
Dialog publik ini menghadirkan pembicara-pembicara kompeten dari berbagai bidang, yakni : Joko Jumadi, Ketua Lembaga Pencegahan Kekerasan Seksual Universitas Mataram, yang memaparkan pentingnya edukasi preventif. “Masyarakat sering kali tidak sadar bahwa tindakan tertentu dapat dikategorikan sebagai kekerasan seksual. Oleh karena itu, perlu ada sosialisasi terus-menerus tentang apa yang termasuk kekerasan seksual dan bagaimana mencegahnya,” jelasnya.
Menurut Joko Jumadi, kekerasan seksual dapat dipecah ke dalam beberapa bentuk, yaitu:
Pelecehan Verbal, Melibatkan ucapan, komentar, atau candaan bernada seksi yang memberi seseorang. “Banyak yang tidak menyadari bahwa ucapan bernada seksi, meski terkesan hanya bercanda, sebenarnya bisa berdampak besar pada korban,” ujar Joko.
Pelecehan Non-Verbal, Seperti isyarat tubuh, pandangan tidak senonoh, atau tindakan yang mengandung unsur seksual tanpa persetujuan korban. “Hal ini sering terjadi di lingkungan pendidikan, namun jarang dilaporkan karena dianggap hal sepele,” tambahnya.
Kekerasan Fisik, Meliputi pemaksaan sentuhan hingga tindakan seksual menggunakan kekerasan atau ancaman. “Ini merupakan bentuk kekerasan yang paling nyata dan sering kali meninggalkan trauma mendalam pada korban,” ungkapnya.
Eksploitasi Seksual, Pemanfaatan seseorang untuk tindakan seksual dengan tekanan, ancaman, atau ketergantungan tertentu. “Contohnya adalah pemaksaan untuk memenuhi kebutuhan seksual dengan keseimbangan nilai akademik atau keuntungan lain,” jelasnya.
Reviktimisasi, Situasi di mana korban kembali menjadi sasaran kekerasan atau diskriminasi akibat penanganan kasus yang tidak sensitif. “Korban sering kali merasa tidak mendapat dukungan yang layak dan malah menyalahkan atas apa yang menimpa mereka,” katanya.
Joko Jumadi juga menegaskan bahwa penanganan kekerasan seksual memerlukan upaya kolaboratif. Kampus, mahasiswa, dan masyarakat harus bahu-membahu untuk menciptakan lingkungan yang aman dan melindungi generasi muda dari ancaman kekerasan seksual.
Sementara itu, perwakilan dari Polda NTB, AKBP Ni Pujewati, S.I.K, M.M, memberikan panduan praktis terkait pelaporan kasus kekerasan seksual dan prosedur hukum yang dapat ditempuh oleh korban. “Kami di kepolisian terus mendorong keberanian untuk melapor dan memastikan bahwa perlindungan bagi mereka menjadi prioritas,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa kepolisian memiliki mekanisme perlindungan yang terstruktur untuk melindungi korban dari intimidasi atau ancaman lebih lanjut. “Pelaporan dapat dilakukan secara langsung atau melalui platform digital yang kami sediakan untuk memudahkan akses bagi korban. Kami juga menyediakan pendampingan hukum serta psikologis bagi mereka yang membutuhkan,” jelasnya.
Dialog ini mendapat respons positif dari peserta yang hadir. Banyak mahasiswa yang merasa bahwa isu kekerasan seksual perlu dibahas lebih mendalam dan menjadi perhatian utama, terutama di tahun-tahun mendatang. Salah satu peserta, Dian Fadilah, mahasiswa FKIP UMMAT, menyampaikan harapannya, “Semoga kampus, apparat berwajib dan masyarakat semakin peduli terhadap masalah ini, karena kekerasan seksual tidak hanya merusak korban, tetapi juga generasi masa depan.” imbuhnya.
Sebagai penutup, Soalihin, menyampaikan harapan besarnya terhadap keberlanjutan gerakan ini. “Kami berharap dialog ini menjadi awal dari perubahan nyata. Kita semua harus berkomitmen untuk memberantas kekerasan seksual dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi generasi muda,” ujarnya.
Dengan terselenggaranya dialog publik ini, FORMASI berharap dapat menginspirasi langkah-langkah konkret dalam memutus mata rantai kekerasan seksual, tidak hanya di lingkungan UMMAT, tetapi juga di seluruh dunia pendidikan (HUMAS UMMAT).
Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korps Sukarela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI), berkolaborasi dengan Protection Gender Inclusion (PGI) Relawan, menyelenggarakan kampanye bertajuk “Anti Kekerasan terhadap Perempuan”. Kegiatan ini diikuti oleh 90 peserta yang berasal dari berbagai organisasi UKM KSR di Mataram, seperti KSR PMI Universitas Nahdatul Ulama NTB, KSR PMI Universitas Islam Negeri Mataram, KSR PMI Universitas 45 Mataram, KSR PMI Universitas Pendidikan Mandalika, KSR PMI Universitas Mataram, dan KSR PMI Universitas Bumi Gora (23/12).
Ketua Umum KSR PMI UMMAT, Farischa Magfiratun Ramadhani, menjelaskan bahwa kampanye ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran generasi muda mengenai bahaya dan dampak kekerasan terhadap perempuan. Menurutnya, kekerasan terhadap perempuan adalah isu serius yang membutuhkan perhatian semua pihak, khususnya generasi muda yang menjadi penggerak perubahan di masa depan.
“Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam kepada peserta tentang kekerasan gender, dampaknya, dan cara melawannya. Harapan kami, mahasiswa tidak hanya menjadi agen perubahan, tetapi juga mampu menciptakan lingkungan kampus yang aman, inklusif, dan bebas dari kekerasan,” ungkap Farischa.
Farischa juga menegaskan pentingnya peran kampus dalam upaya ini, termasuk dengan menyusun kebijakan yang tegas terhadap kasus kekerasan, memberikan edukasi berkelanjutan tentang kekerasan gender, serta menyediakan perlindungan bagi mahasiswa yang menjadi korban.
Ketua PGI Relawan, Bapak Zulfakar, menekankan pentingnya keberanian para korban kekerasan untuk berbicara dan melaporkan kasus yang mereka alami. “Tujuan utama kami adalah mencegah terulangnya kasus kekerasan seksual terhadap perempuan. Melalui kampanye ini, kami berharap siapa pun yang menjadi korban kekerasan seksual berani untuk speak up dan melapor kepada pihak berwajib,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia berharap kegiatan ini dapat menjadi inspirasi bagi komunitas lain untuk bersama-sama melawan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, baik di lingkungan pendidikan maupun masyarakat luas.
Wakil Rektor III UMMAT, Dr. Erwin, M.Pd., yang turut hadir dalam kegiatan ini, memberikan apresiasi atas kolaborasi antara KSR PMI UMMAT dan PGI Relawan. Ia menyatakan bahwa kampus mendukung penuh kegiatan yang bertujuan menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan inklusif.
“Kekerasan terhadap perempuan adalah masalah serius yang harus kita lawan bersama. Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi awal yang baik untuk memperkuat kesadaran dan komitmen semua pihak, khususnya civitas akademika UMMAT, dalam melawan kekerasan terhadap perempuan,” tegasnya.
Kegiatan ini juga menghadirkan sesi diskusi interaktif, di mana peserta dapat berbagi pandangan, pengalaman, serta ide-ide untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan bebas dari kekerasan. Dalam sesi ini, berbagai pertanyaan dan tanggapan dari peserta menambah antusiasme dan kebermanfaatan acara.
Acara ini ditutup dengan deklarasi bersama untuk melawan kekerasan terhadap perempuan, disertai ajakan untuk menyebarkan semangat positif kepada komunitas masing-masing. Kampanye ini bukan hanya menjadi momentum penting bagi UKM KSR PMI UMMAT dan PGI Relawan, tetapi juga menegaskan komitmen mereka dalam menciptakan perubahan nyata di masyarakat (HUMAS UMMAT).
Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) kembali menjadi tuan rumah dalam Mobility Program Batch #3, sebuah program pertukaran mahasiswa yang diinisiasi oleh Obat Apps dan didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Program ini bertujuan untuk memperkuat hubungan antarperguruan tinggi di Indonesia dan menyediakan pengalaman pembelajaran lintas budaya yang memperkaya wawasan mahasiswa dari berbagai daerah (04/11).
Kegiatan ini dihadiri oleh para tamu dari Stikes Samarinda, yaitu Dr. apt. Eka Siswanto Syamsul, M.Sc., selaku Ketua Badan Penjaminan Mutu Stikes Samarinda sekaligus dosen Farmasi, bersama dengan dua mahasiswa delegasi, Muhammad Donny Sutanto dan Sigit Candra Wicaksono. Sambutan hangat diberikan oleh Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UMMAT, apt. Nurul Qiyaam, M.Farm., Klin., mengungkapkan harapan besar akan kemitraan yang semakin erat antara UMMAT dan Stikes Samarinda. Menurut Nurul, kegiatan ini tidak hanya memberikan nilai tambah bagi mahasiswa tetapi juga memperkokoh hubungan persahabatan antar lembaga pendidikan tinggi.
Dr. apt. Eka Siswanto Syamsul, M.Sc., menjelaskan dua tujuan utama dari Mobility Program ini. Pertama, untuk meningkatkan wawasan kebangsaan, integritas, dan solidaritas antar mahasiswa Indonesia melalui pengalaman lintas budaya yang berbeda dari lingkungan kampus mereka sendiri. Kedua, untuk mengasah kemampuan kepemimpinan dan keterampilan soft skills mahasiswa, yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan di dunia kerja yang semakin global. “Mobilitas mahasiswa antaruniversitas seperti ini adalah langkah strategis untuk membentuk mahasiswa yang tidak hanya terampil secara akademis, tetapi juga memiliki perspektif nasional yang luas dan keterampilan kepemimpinan yang kuat,” ujarnya.
Wakil Rektor 1 UMMAT, Dr. Harry Irawan Johary, S.Hut., M.Si., menyampaikan dukungan penuh UMMAT terhadap program ini. Beliau menekankan pentingnya kolaborasi dan inovasi dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas, serta kesiapan UMMAT untuk menjadi bagian dari upaya nasional dalam meningkatkan mutu pendidikan tinggi. Dalam suasana hangat dan penuh semangat, Dekan FIK UMMAT menyerahkan cinderamata kepada perwakilan dari Stikes Samarinda, sebagai simbol persahabatan dan penghormatan.
Selain sambutan dan sesi seremonial, acara ini juga diisi dengan pemaparan profil UMMAT, yang memberikan pandangan umum tentang visi, misi, dan program-program unggulan UMMAT. Tak hanya itu, sesi sharing knowledge menjadi bagian yang sangat berkesan, di mana mahasiswa dari UKMF FIK UMMAT dan STIKSAM bergantian berbagi wawasan institusional serta pengalaman mereka di organisasi kemahasiswaan (Ormawa). Sesi ini memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk saling belajar tentang kegiatan dan budaya organisasi masing-masing, yang tentunya memperkaya pengalaman lintas kampus.
Kegiatan Mobility Program ini diakhiri dengan tur kampus yang memberikan kesempatan kepada delegasi dari Stikes Samarinda untuk melihat lebih dekat fasilitas-fasilitas pembelajaran yang tersedia di UMMAT, seperti ruang-ruang kelas, laboratorium, dan berbagai fasilitas penunjang lainnya. Tur ini tidak hanya berfungsi sebagai orientasi, tetapi juga memberikan gambaran langsung tentang lingkungan belajar yang mendukung perkembangan akademik dan keterampilan praktis mahasiswa UMMAT.
Program Mobility Batch #3 ini diharapkan dapat menjadi cikal bakal kolaborasi lebih lanjut antara UMMAT dan Stikes Samarinda, serta memperkaya wawasan mahasiswa tentang keberagaman budaya Indonesia. Selain itu, melalui pengalaman ini, mahasiswa diharapkan mampu membangun jaringan dan hubungan baik yang dapat menjadi modal sosial dalam karier mereka di masa depan. Inisiatif seperti ini menunjukkan komitmen kuat dari kedua institusi dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional, yakni mencetak generasi yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kebangsaan yang kuat (HUMAS UMMAT).
Mataram, Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) gelar kegiatan Studium Generale bertema “Integrating Artificial Intelligence with Islamic Values: Shaping the Future of Education, Communication, and Economics in the Digital Age.” Kegiatan ini bertujuan untuk menjembatani kecerdasan buatan (AI) dengan nilai-nilai Islam dalam mendukung perkembangan pendidikan, komunikasi, dan ekonomi yang beretika di tengah kemajuan era digital, Auditorium (30/10/2024).
Rektor UMMAT yang diwakili oleh Wakil Rektor IV, Dr. TGH. Zaenuddin, M.Pd.I., menyampaikan apresiasi kepada Dekan FAI beserta seluruh tim yang senantiasa menunjukkan komitmen tinggi dalam mengadakan kegiatan akademik yang inovatif dan bernilai Islami. “Kecerdasan manusia yang dibekali nilai-nilai keislaman mampu menghasilkan dampak positif yang luas di berbagai bidang,” ujarnya. Ia juga memaparkan visi misi UMMAT untuk memadukan intelektualitas dengan spiritualitas, mencetak generasi unggul yang tidak hanya kompeten tetapi juga berkarakter.
Seminar Nasional yang diadakan sebagai bagian dari Studium Generale ini menghadirkan pakar-pakar AI dan akademisi yang memberikan wawasan mendalam tentang integrasi teknologi dan Islam. Moderator Nurliyah memandu jalannya seminar dengan menghadirkan tiga narasumber yang berkompeten di bidangnya.
Prof. Dr. Badlihisham Mohd Nasir, Senior Lecturer Universiti Teknologi Malaysia, membahas peran AI dalam transformasi komunikasi Islam. Ia menyampaikan bahwa kecerdasan buatan memiliki potensi besar untuk memperkuat dakwah Islam dan memperluas jangkauan komunikasi dengan tetap menjunjung nilai-nilai etika Islam. “Di masa depan, AI dapat digunakan untuk memperkuat pesan-pesan positif yang selaras dengan ajaran Islam, memperbaiki interaksi sosial, serta mencegah penyebaran konten yang merusak moral,” jelasnya.
Selanjutnya, Dr. Hafiza Abas, Senior Lecturer Universiti Teknologi Malaysia mengupas topik “Integrity Artificial Intelligence with Islamic Values: Shaping the Future of Education, Communication, and Economics in the Digital Age.” Ia menyoroti pentingnya mengintegrasikan AI dengan nilai-nilai Islam agar teknologi ini memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat, khususnya dalam pendidikan dan ekonomi. Ia juga menyampaikan, “AI yang berlandaskan nilai-nilai Islam dapat berperan penting dalam membentuk ekosistem ekonomi yang berkeadilan, transparan, dan memberikan dampak positif bagi seluruh lapisan masyarakat.” Jelasnya.
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) NTB, Dr. TGH. Falahuddin, M.Ag., turut menyampaikan pandangan terkait kebijakan pendidikan tinggi di Indonesia dalam merespons perkembangan teknologi digital. Ia menekankan pentingnya penyesuaian kurikulum pendidikan tinggi yang tidak hanya mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi perkembangan teknologi, tetapi juga membekali mereka dengan nilai-nilai moral agar siap menghadapi tantangan era digital. “Pendidikan tinggi harus menjadi benteng yang memadukan teknologi dengan spiritualitas, menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas tetapi juga berintegritas,” ungkapnya.
Selain sesi seminar, Studium Generale ini juga menyajikan Talk Show interaktif, di mana peserta diberikan kesempatan untuk bertanya langsung kepada para narasumber. Diskusi mencakup berbagai tantangan yang dihadapi dalam penerapan AI yang beretika, serta peluang AI sebagai alat pemberdayaan umat Islam di era digital. Para peserta, yang terdiri dari mahasiswa, dosen, serta praktisi di berbagai bidang, tampak antusias berdiskusi tentang masa depan AI yang lebih beretika dan bermanfaat bagi umat.
Kegiatan Studium Generale ini diharapkan mampu memberikan wawasan baru dan inspirasi bagi seluruh peserta, serta menjadi langkah awal bagi UMMAT untuk terus mengedepankan integrasi teknologi dan nilai-nilai Islam. Hal ini sejalan dengan komitmen UMMAT untuk menciptakan lulusan yang tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki moralitas yang tinggi (HUMAS UMMAT).
Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) melalui Lembaga Kerja Sama dan Kantor Urusan Internasional (KUI) telah sukses menggelar Workshop Peningkatan Program Mobilitas Internasional Civitas Akademika. Workshop ini menjadi bagian dari upaya strategis untuk memperkuat program internasionalisasi di lingkungan UMMAT dalam rangka mewujudkan visi universitas yang unggul dan berdaya saing di kawasan ASEAN pada tahun 2028 (24/08/2024).
Workshop yang berlangsung dengan penuh antusias ini mengangkat berbagai topik krusial seperti program internasional dan hibah internasional, monitoring dan evaluasi (monev) kerja sama, Indikator Kinerja Utama (IKU) 6, izin belajar mahasiswa asing, hingga program Muhammadiyah Global Mobility. Tujuan utamanya adalah memperkuat kapasitas UMMAT dalam menghadapi tantangan global di dunia pendidikan tinggi.
Wakil Rektor IV UMMAT, Dr. H. Zaenuddin, M.Pd.I, menegaskan pentingnya peningkatan kerja sama internasional untuk mencapai visi universitas yang diharapkan. “Kegiatan ini sangat penting untuk memperluas jaringan kerja sama internasional UMMAT, khususnya di kawasan ASEAN. Dengan peningkatan mobilitas internasional, kita akan mampu bersaing secara global dan membawa UMMAT ke panggung internasional,” ungkapnya.
Sesi workshop dipandu oleh Asbah, M.Hum, Kepala KUI dan moderator acara, yang menghadirkan sejumlah narasumber kompeten dalam bidang internasionalisasi pendidikan tinggi. Salah satu pembicara, Mr. Thomas Harding, dalam paparannya menekankan pentingnya penguasaan bahasa asing di kalangan civitas akademika UMMAT. “Untuk meningkatkan daya saing global, website UMMAT harus bilingual, promosi-promosi harus dalam bahasa asing yang dimengerti oleh calon mahasiswa asing sasaran atau minimal bahasa arab dan bahasa inggris,” ujarnya.
Ida Puspita, M.A. Res, Koordinator KUI PTMA Fasilitator program ICT dan IISMA Kemendikbud RI, juga sebagai narasumber utama, menjelaskan pentingnya perguruan tinggi untuk terlibat aktif dalam kegiatan berskala internasional. Menurutnya, internasionalisasi merupakan upaya strategis untuk meningkatkan kualitas akademik dan reputasi global perguruan tinggi. “Internasionalisasi dapat diwujudkan melalui berbagai inisiatif, seperti pembukaan kelas internasional, kerja sama penelitian dengan universitas asing, program pertukaran pelajar, dan publikasi ilmiah internasional,” tuturnya.
Ia juga menekankan bahwa globalisasi telah menciptakan dunia tanpa batas, yang memaksa institusi pendidikan tinggi untuk beradaptasi dengan realitas ini. Dalam era Global Village dan komunitas ekonomi ASEAN, perguruan tinggi harus menghasilkan lulusan yang memiliki perspektif internasional dan mampu bersaing di pasar global. Ini relevan dengan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang mendorong mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman global,” jelasnya.
Dalam sesi berikutnya, Dr. Junaidin, M.Pd, Sekretaris APMU PTMA sekaligus Kepala LPMI UMMAT, membahas tentang pentingnya monitoring dan evaluasi mutu kerja sama untuk menjaga kualitas kemitraan internasional. “Kerja sama yang berkualitas memberikan manfaat besar bagi program studi, terutama dalam hal peningkatan kinerja tridharma perguruan tinggi, serta mendukung proses pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” paparnya.
Junaidin menambahkan bahwa monev kerja sama di UMMAT telah dilengkapi dengan instrumen yang mengukur efektivitas kerja sama di berbagai bidang, seperti pengembangan SDM, teknologi, dan keuangan. “Target kami adalah mencapai 30% kerja sama internasional, sementara 35% lainnya terdiri dari kerja sama lokal dan nasional. Dengan demikian, kami dapat menciptakan sinergi yang kuat antara UMMAT dan mitra internasional,” ungkapnya.
Dalam kesempatan lain, DR.Hilman Syahrial Haq, SH.L.LM., Dekan Fakultas Hukum UMMAT, juga turut menyampaikan pandangannya terkait internasionalisasi di tingkat fakultas. Menurutnya, setiap fakultas di UMMAT perlu memiliki kuota untuk mahasiswa asing sebagai bagian dari upaya menuju internasionalisasi yang lebih kuat. “Kami sudah mempersiapkan borang selama sepuluh tahun terakhir untuk mendukung internasionalisasi, dan saat ini sedang diupayakan agar setiap fakultas bisa menarik mahasiswa asing,” ujarnya.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh sejumlah pejabat kampus, termasuk Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni, Drs. Amil, MM, yang menyampaikan tantangan anggaran dalam mendukung internasionalisasi. “Program internasionalisasi memang membutuhkan anggaran yang tidak sedikit, dan ini menjadi tantangan tersendiri. Oleh karena itu, kami terus berusaha mencari solusi untuk mendanai program ini agar dapat berkelanjutan,” jelasnya.
Sebagai tindak lanjut dari workshop ini, Asbah, M.Hum menegaskan bahwa Mahasiswa UMMAT harus terus menyiapkan diri untuk berkolaborasi dengan berbagai mitra luar negeri, ini ikhtiar terus menerus yang harus dilakukan agar sampai pada tujuan internasionalisasi. Oleh karena itu, program Muhammadiyah Global Mobility kita harus dukung bersama,” tutupnya.
Dengan pelaksanaan workshop ini, UMMAT semakin mantap dalam langkahnya untuk mewujudkan visi unggul dan berdaya saing di tingkat ASEAN, serta berkontribusi aktif dalam mencetak lulusan yang memiliki kompetensi global (HUMAS UMMAT).
Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) kembali menunjukkan komitmennya dalam memperkuat kerjasama internasional melalui program SeLOMBOK SUDARA 2.0, yang berkolaborasi dengan Universiti Teknologi MARA (UiTM) Shah Alam, Malaysia. Program ini mengusung konsep kegiatan knowledge sharing, language exchange, dan charity work yang berlangsung selama beberapa hari di Lombok, dengan tujuan untuk memperkuat hubungan antarbangsa di bidang pendidikan, budaya, dan pengabdian masyarakat (01/10/2024).
Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah pejabat dari kedua institusi. dari UMMAT, hadir Rektor Drs. Abdul Wahab, M.A., yang didampingi oleh Wakil Rektor III, Dr. Erwin, M.Pd., Wakil Rektor IV, Dr. TGH. Zaenuddin, M.Pd.I., dan Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) dan Kerjasama, Asbah, M.Hum. Sementara dari UiTM Shah Alam, hadir Profesor Madya Dr. Nor Fazlin Mohd Ramli, Dekan Penyelidikan dan Jaringan Industri; Dr. Mohammad Radzi Manap; Puan Nurbaya Mohamad Aris; Puan Farina Nozakiah Tazijan, Ketua Akademi Pengajian Bahasa; serta Encik Mohd Faiz Zainal Abidin, Penasihat Program. Selain itu, turut hadir Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Akademi Pengajian Bahasa UiTM, Dr. Muhamad Zaidi bin Zakaria, yang turut menyampaikan apresiasinya atas kerjasama ini.
Rektor UMMAT, Drs. Abdul Wahab, M.A., menegaskan pentingnya kolaborasi lintas negara seperti SeLOMBOK SUDARA 2.0. Menurutnya, program ini tidak hanya menjadi jembatan untuk memperluas wawasan akademik, tetapi juga mempromosikan nilai-nilai solidaritas dan kemanusiaan melalui kegiatan sosial yang dijalankan bersama. “Kerjasama ini memperlihatkan komitmen kedua universitas dalam menciptakan generasi yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga peka terhadap isu-isu sosial dan global,” tuturnya.
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Akademi Pengajian Bahasa UiTM, Dr. Muhamad Zaidi bin Zakaria, menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai langkah strategis dalam memperkuat jaringan internasional di kalangan mahasiswa. “Kami percaya bahwa melalui pertukaran budaya dan pengetahuan seperti ini, mahasiswa tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga dari interaksi langsung yang sangat berharga untuk pengembangan diri mereka di masa depan,” ungkapnya.
Setelah acara pembukaan, program dilanjutkan dengan sesi talkshow yang diikuti oleh mahasiswa dari kedua universitas. Diskusi ini membahas isu-isu terkini terkait pendidikan bahasa, keberagaman budaya, serta tantangan yang dihadapi oleh generasi muda dalam era globalisasi. Salah satu topik yang menarik perhatian adalah peran penting bahasa sebagai jembatan budaya dan instrumen utama dalam mempererat hubungan antarnegara.
Pada sesi language exchange, para mahasiswa dari UMMAT dan UiTM terlibat dalam berbagai kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan bahasa asing mereka, baik dalam bahasa Inggris, Melayu, maupun bahasa Indonesia. Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya belajar secara formal, tetapi juga berinteraksi secara langsung dalam suasana yang santai, memungkinkan mereka untuk mengasah kemampuan komunikasi lintas budaya dengan lebih efektif.
Puncak dari program SeLOMBOK SUDARA 2.0 adalah kegiatan charity work yang diadakan di beberapa daerah di Lombok. Kegiatan ini melibatkan mahasiswa dari kedua universitas dalam aksi sosial, seperti memberikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan, khususnya di wilayah-wilayah terdampak bencana. Mahasiswa dari UMMAT dan UiTM bekerja sama dalam berbagai kegiatan sosial seperti pemberian bantuan sembako, pengajaran anak-anak, hingga kegiatan gotong royong dalam membersihkan fasilitas umum.
Program SeLOMBOK SUDARA 2.0 ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam penguatan kerjasama antara UMMAT dan UiTM, serta memberikan kontribusi signifikan bagi pengembangan kompetensi mahasiswa di kedua universitas. Dengan adanya program ini, diharapkan kolaborasi serupa dapat terus dilanjutkan di masa depan untuk memperluas jejaring akademik dan sosial di tingkat internasional.
Rektor UMMAT, Drs. Abdul Wahab, M.A., menutup acara dengan harapan agar program ini terus dikembangkan dan menjadi contoh bagi kerjasama internasional lainnya. “Kami berharap program ini akan terus berlanjut di tahun-tahun mendatang dan menjadi inspirasi bagi universitas lain untuk turut serta dalam kegiatan yang tidak hanya meningkatkan kompetensi akademik, tetapi juga nilai kemanusiaan dan solidaritas,” pungkasnya (HUMAS UMMAT).