UMMAT Gelar Bimtek Plagiarisme: Dorong Mahasiswa Melek Literasi Digital dan Junjung Tinggi Integritas Akademik

UMMAT Gelar Bimtek Plagiarisme: Dorong Mahasiswa Melek Literasi Digital dan Junjung Tinggi Integritas Akademik

Mataram, UPT Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) bangun budaya akademik yang sehat dan berkualitas melalui penyelenggaraan Bimbingan Teknis (Bimtek) Plagiarisme bagi mahasiswa semester akhir. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, pada 22–23 Juli 2025, bertempat di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UMMAT.

Bimtek ini diikuti oleh puluhan mahasiswa dari berbagai fakultas yang sedang menjalani proses penyusunan tugas akhir atau skripsi. Fokus utama dari kegiatan ini adalah memberikan edukasi dan pemahaman mendalam mengenai bahaya plagiarisme serta pentingnya literasi digital di tengah arus informasi yang deras dan kemajuan teknologi yang semakin pesat.

Wakil Rektor II UMMAT, Ir. Asmawati, M.P., menegaskan bahwa plagiarisme merupakan salah satu bentuk pelanggaran akademik yang serius dan dapat merusak kualitas intelektual mahasiswa.

“Plagiarisme merupakan perilaku yang tidak baik bagi mahasiswa. Selain merusak citra pribadi, juga berdampak buruk pada kualitas akademik kampus. UMMAT ingin melahirkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berintegritas,” ujarnya.

Asmawati juga mengingatkan bahwa mahasiswa harus mulai membiasakan diri untuk mengutip referensi secara etis, memahami cara menulis ilmiah yang benar, serta membangun pemikiran dan argumen orisinal berdasarkan sumber terpercaya.

Kepala UPT Perpustakaan UMMAT, Iskandar, S.Sos., M.A, turut menjadi pembicara utama dalam kegiatan ini. Ia menyampaikan bahwa kemudahan akses terhadap sumber-sumber daring serta kehadiran teknologi canggih seperti Artificial Intelligence (AI), memunculkan tantangan baru dalam dunia pendidikan tinggi.

“Saat ini, semua informasi tersedia hanya dengan satu klik. Tanpa kemampuan literasi digital yang baik, mahasiswa bisa tergoda untuk menyalin karya orang lain secara utuh tanpa menyadari bahwa itu adalah bentuk plagiarisme,” ungkap Iskandar.

Ia juga menekankan bahwa penggunaan teknologi seharusnya tidak menggantikan proses berpikir kritis mahasiswa. AI dan teknologi lainnya dapat digunakan sebagai alat bantu, bukan sebagai jalan pintas untuk menyusun karya ilmiah.

“Kemajuan teknologi adalah keniscayaan. Namun, tugas kita adalah menggunakannya secara bijak, bertanggung jawab, dan tetap menjunjung tinggi etika akademik,” tambahnya.

Selain memberi edukasi, bimtek ini juga merupakan langkah preventif UMMAT dalam mencegah kasus plagiarisme di kalangan mahasiswa, terutama menjelang proses penulisan tugas akhir yang sering kali menjadi titik rawan pelanggaran etika akademik.

UPT Perpustakaan berkomitmen untuk terus menyediakan pendampingan bagi mahasiswa dalam penggunaan referensi digital, pengelolaan sitasi, hingga pengecekan plagiarisme sebelum karya dikumpulkan. Dalam waktu dekat, UMMAT juga berencana untuk meningkatkan layanan digital library serta integrasi teknologi pendeteksi plagiarisme dengan sistem akademik kampus.

Melalui kegiatan bimtek ini, UMMAT berharap kesadaran mahasiswa terhadap integritas akademik semakin tumbuh dan mengakar kuat sebagai bagian dari budaya belajar yang positif dan produktif.

“Kami ingin mahasiswa tidak hanya lulus, tetapi lulus dengan karya ilmiah yang membanggakan, etis, dan bernilai orisinalitas tinggi,” pungkas Iskandar. (HUMAS UMMAT)

UMMAT Jadi Tuan Rumah BIMTEK Pendampingan Pendanaan PKM PTMA 2025: Ikhtiar Kolektif Menuju PIMNAS

UMMAT Jadi Tuan Rumah BIMTEK Pendampingan Pendanaan PKM PTMA 2025: Ikhtiar Kolektif Menuju PIMNAS

Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) menunjukkan komitmennya dalam mendorong peningkatan kapasitas mahasiswa dengan menjadi tuan rumah Bimbingan Teknis (BIMTEK) Pendampingan Pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2025 bagi Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) se-Indonesia. Kegiatan yang dilaksanakan secara hybrid (daring via Zoom dan luring di Aula UMMAT) pada 23 Juli 2025 ini diinisiasi oleh Pusat Prestasi Mahasiswa PTMA (PUSPRESMAPTMA).

Kegiatan ini menjadi momentum strategis untuk memperkuat sinergi antarperguruan tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dalam meningkatkan kualitas proposal PKM, sekaligus mempersiapkan mahasiswa agar mampu menghasilkan program yang berkualitas dan berdaya saing menuju ajang nasional seperti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS).

Sejumlah pendamping nasional yang berpengalaman turut hadir dan memberikan materi teknis sesuai skema PKM masing-masing. Nur Rifai Iksan, S.Pd., M.Ed., menjadi pemateri untuk pendampingan PKM-K (Kewirausahaan). Ir. Ahmad Kholid Algofari, MT, memberikan arahan untuk skema PKM-PM/PI (Pengabdian kepada Masyarakat dan Penerapan IPTEK). Skema PKM-RSH (Riset Sosial Humaniora) dibimbing oleh Dr. Andi Muhammad Irfan Asfar, MT., M.Pd. Sementara Ir. Henik Sukorini, MP, Ph.D. mengisi pendampingan untuk skema PKM-KC/KI (Karsa Cipta dan Karya Inovatif). Pendampingan PKM-RE (Riset Eksakta) diampu oleh Dr. dr. Humairah Medina Liza Lubis, M.Ked (PA), Sp.PA., sedangkan skema terbaru PKM-VGK (Gagasan Konstruktif Video) dibimbing langsung oleh Dr. Gita Anggraini, M.Pd.I. Pemaparan umum mengenai kebijakan dan strategi PKM disampaikan oleh Dr. Fatimah Sari Siregar, M.Hum.

Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor III UMMAT, Dr. Erwin, M.Pd. menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan kepada UMMAT sebagai tuan rumah kegiatan berskala nasional ini. Ia menegaskan bahwa BIMTEK ini tidak sekadar forum pelatihan teknis, melainkan juga wadah penting untuk membangun budaya riset, pengabdian, kewirausahaan, dan inovasi di lingkungan mahasiswa PTMA.

“Pendampingan ini menjadi krusial karena dari sinilah kita membentuk pola pikir mahasiswa untuk bekerja secara terstruktur, terencana, dan bertanggung jawab terhadap dana yang diberikan. Ini bukan sekadar menjalankan kegiatan, tetapi sebuah proses pendidikan karakter dan intelektual,” ungkap Dr. Erwin.

Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara kebijakan universitas, semangat mahasiswa, serta arahan dari dosen dan pendamping nasional agar mahasiswa tidak hanya berhenti pada tahap pendanaan, namun mampu melaju ke PIMNAS dan mengharumkan nama institusi.

“Kita ingin mahasiswa kita tidak hanya puas sampai pada tahap mendapatkan pendanaan. Justru tantangan sebenarnya adalah bagaimana mereka melaksanakan program dengan optimal, membuat laporan yang baik, dan akhirnya mampu menunjukkan kualitas hasil karya mereka di panggung nasional,” lanjutnya.

Dr. Erwin berharap agar kegiatan ini bisa menjadi pijakan awal yang kuat untuk meningkatkan kesiapan teknis mahasiswa dalam mengelola anggaran, dokumentasi kegiatan, serta pelaporan pertanggungjawaban sesuai standar kementerian.

Secara khusus, beliau menyampaikan harapannya terhadap mahasiswa UMMAT yang beberapa kali berhasil meraih pendanaan, namun belum berhasil lolos ke PIMNAS.

“Mudah-mudahan tahun ini minimal ada satu kelompok PKM mahasiswa UMMAT yang bisa lolos sampai ke PIMNAS. Tantangannya memang bukan di pendanaan, tapi bagaimana membawa mereka sampai ke tingkat nasional. Ini yang terus kita upayakan bersama,” ujarnya.

Lebih lanjut, Dr. Erwin menegaskan bahwa menjadi tuan rumah BIMTEK adalah bentuk nyata komitmen UMMAT dalam menjalankan peran strategis sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kreativitas mahasiswa. Ia berharap kegiatan ini juga mempererat jejaring antar-PTMA dan membuka peluang kolaborasi lintas kampus dalam mengembangkan program mahasiswa yang berdampak nyata bagi masyarakat.

“Kami menyambut baik kehadiran para pendamping dan perwakilan PTMA dari seluruh Indonesia, meski banyak yang hadir secara daring. Semoga kegiatan ini tidak hanya meningkatkan kualitas PKM, tetapi juga memperkuat ukhuwah antarperguruan tinggi Muhammadiyah dalam mencetak generasi muda unggul dan berkemajuan,” pungkasnya.
(HUMAS UMMAT)

Langkah Nyata Wujudkan Pendidikan Berkualitas di NTB, FKIP UMMAT Lepas 351 Mahasiswa PLP II & KKN-Dik

Langkah Nyata Wujudkan Pendidikan Berkualitas di NTB, FKIP UMMAT Lepas 351 Mahasiswa PLP II & KKN-Dik

Mataram,  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) kembali menunjukkan komitmennya dalam mencetak calon pendidik unggul dan berjiwa pengabdi. Hal ini ditandai dengan pelepasan resmi 351 mahasiswa Program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) II yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata Pendidikan (KKN-Dik) pada Sabtu, 19 Juli 2025.

Bertempat di Lapangan FKIP UMMAT, acara pelepasan berlangsung khidmat dan penuh semangat. Hadir dalam kesempatan tersebut Rektor UMMAT Drs. Abdul Wahab, M.A., Dekan FKIP Dr. Muhammad Nizaar, M.Pd.Si., MCE., para Wakil Dekan FKIP, dosen pembimbing lapangan (DPL), serta seluruh peserta program PLP II.

Dekan FKIP UMMAT, Dr. Muhammad Nizaar, M.Pd.,Si., menjelaskan bahwa program PLP II terintegrasi KKN-Dik merupakan bentuk pembelajaran yang menuntut mahasiswa untuk tidak hanya menguasai teori pendidikan, tetapi juga mampu mengimplementasikannya dalam konteks nyata di tengah masyarakat sekolah. “Melalui program ini, mahasiswa tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga menjadi bagian dari masyarakat sekolah dan berkontribusi aktif dalam pengembangan lingkungan pendidikan,” ujar Nizaar.

Sebanyak 351 mahasiswa FKIP UMMAT akan disebar ke 50 sekolah mitra dari jenjang SD, SMP, hingga SMA/SMK yang tersebar di dua wilayah strategis, yaitu Kabupaten Lombok Timur dan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Para mahasiswa akan menjalani masa praktik selama dua bulan, dimulai pada 21 Juli hingga 13 September 2025.

Program PLP II terintegrasi KKN-Dik ini merupakan program unggulan FKIP UMMAT yang memadukan pendekatan akademik dengan pengabdian masyarakat berbasis pendidikan. Mahasiswa akan menjalankan sejumlah aktivitas, antara lain praktik pembelajaran di kelas bersama guru pamong, penyusunan dan pengembangan perangkat ajar, penyelenggaraan kegiatan literasi dan numerasi di sekolah, serta pelaksanaan program edukatif berbasis potensi dan kebutuhan lokal.

“Pendekatan ini bertujuan agar mahasiswa tidak hanya menjadi guru yang cakap dalam mengajar, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan mampu menjadi agen perubahan di lingkungannya,” tambah Dr. Nizaar.

Rektor UMMAT, Drs. Abdul Wahab, M.A., dalam amanatnya menekankan pentingnya menjaga integritas dan profesionalisme selama menjalankan tugas. Ia berharap para mahasiswa dapat menjadi teladan yang baik, serta membawa nilai-nilai Muhammadiyah dalam praktik pendidikan di sekolah.

“Kalian adalah representasi UMMAT di tengah masyarakat. Jadilah duta perubahan, teladan akhlak, dan penyebar semangat mencerdaskan kehidupan bangsa. Jangan lupa untuk belajar dari guru pamong, bersinergi dengan kepala sekolah, dan mendengarkan kebutuhan siswa,” tegas Rektor.

Beliau juga menyampaikan bahwa pengalaman ini merupakan salah satu fase penting dalam pembentukan karakter pendidik. “Di lapangan, kalian akan belajar banyak hal yang tidak kalian temukan di ruang kuliah. Hadapilah setiap tantangan dengan keikhlasan dan semangat untuk tumbuh,” tambahnya.

Dengan pelepasan ini, FKIP UMMAT mempertegas komitmennya untuk terus membina dan mendampingi calon guru yang tak hanya kompeten dalam bidangnya, tetapi juga siap menjadi pemimpin perubahan di tengah masyarakat. Sinergi antara kampus, sekolah, dan masyarakat ini diharapkan dapat menciptakan dampak positif dan berkelanjutan bagi pendidikan di Nusa Tenggara Barat. (HUMAS UMMAT)

351 Mahasiswa FKIP UMMAT Siap Cetak Sejarah di Sekolah-Sekolah NTB melalui PLP II & KKN-Dik

351 Mahasiswa FKIP UMMAT Siap Cetak Sejarah di Sekolah-Sekolah NTB melalui PLP II & KKN-Dik

Mataram,  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) kembali menunjukkan komitmennya dalam mencetak calon pendidik unggul dan berjiwa pengabdi. Hal ini ditandai dengan pelepasan resmi 351 mahasiswa Program Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP) II yang terintegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata Pendidikan (KKN-Dik) pada Sabtu, 19 Juli 2025.

Bertempat di Lapangan FKIP UMMAT, acara pelepasan berlangsung khidmat dan penuh semangat. Hadir dalam kesempatan tersebut Rektor UMMAT Drs. Abdul Wahab, M.A., Dekan FKIP Dr. Muhammad Nizaar, M.Pd.Si., MCE., para Wakil Dekan FKIP, dosen pembimbing lapangan (DPL), serta seluruh peserta program PLP II.

Dekan FKIP UMMAT, Dr. Muhammad Nizaar, M.Pd.,Si., menjelaskan bahwa program PLP II terintegrasi KKN-Dik merupakan bentuk pembelajaran yang menuntut mahasiswa untuk tidak hanya menguasai teori pendidikan, tetapi juga mampu mengimplementasikannya dalam konteks nyata di tengah masyarakat sekolah. “Melalui program ini, mahasiswa tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga menjadi bagian dari masyarakat sekolah dan berkontribusi aktif dalam pengembangan lingkungan pendidikan,” ujar Nizaar.

Sebanyak 351 mahasiswa FKIP UMMAT akan disebar ke 50 sekolah mitra dari jenjang SD, SMP, hingga SMA/SMK yang tersebar di dua wilayah strategis, yaitu Kabupaten Lombok Timur dan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat. Para mahasiswa akan menjalani masa praktik selama dua bulan, dimulai pada 21 Juli hingga 13 September 2025.

Program PLP II terintegrasi KKN-Dik ini merupakan program unggulan FKIP UMMAT yang memadukan pendekatan akademik dengan pengabdian masyarakat berbasis pendidikan. Mahasiswa akan menjalankan sejumlah aktivitas, antara lain praktik pembelajaran di kelas bersama guru pamong, penyusunan dan pengembangan perangkat ajar, penyelenggaraan kegiatan literasi dan numerasi di sekolah, serta pelaksanaan program edukatif berbasis potensi dan kebutuhan lokal.

“Pendekatan ini bertujuan agar mahasiswa tidak hanya menjadi guru yang cakap dalam mengajar, tetapi juga memiliki kepekaan sosial dan mampu menjadi agen perubahan di lingkungannya,” tambah Dr. Nizaar.

Rektor UMMAT, Drs. Abdul Wahab, M.A., dalam amanatnya menekankan pentingnya menjaga integritas dan profesionalisme selama menjalankan tugas. Ia berharap para mahasiswa dapat menjadi teladan yang baik, serta membawa nilai-nilai Muhammadiyah dalam praktik pendidikan di sekolah.

“Kalian adalah representasi UMMAT di tengah masyarakat. Jadilah duta perubahan, teladan akhlak, dan penyebar semangat mencerdaskan kehidupan bangsa. Jangan lupa untuk belajar dari guru pamong, bersinergi dengan kepala sekolah, dan mendengarkan kebutuhan siswa,” tegas Rektor.

Beliau juga menyampaikan bahwa pengalaman ini merupakan salah satu fase penting dalam pembentukan karakter pendidik. “Di lapangan, kalian akan belajar banyak hal yang tidak kalian temukan di ruang kuliah. Hadapilah setiap tantangan dengan keikhlasan dan semangat untuk tumbuh,” tambahnya.

Dengan pelepasan ini, FKIP UMMAT mempertegas komitmennya untuk terus membina dan mendampingi calon guru yang tak hanya kompeten dalam bidangnya, tetapi juga siap menjadi pemimpin perubahan di tengah masyarakat. Sinergi antara kampus, sekolah, dan masyarakat ini diharapkan dapat menciptakan dampak positif dan berkelanjutan bagi pendidikan di Nusa Tenggara Barat. (HUMAS UMMAT)

Revolusi Aspirasi Mahasiswa: DPM UMMAT Resmikan Platform Digital dan Gelar Dialog Legislasi

Revolusi Aspirasi Mahasiswa: DPM UMMAT Resmikan Platform Digital dan Gelar Dialog Legislasi

Mataram, 10 Juli 2025 – Dalam semangat memperkuat peran mahasiswa sebagai agen perubahan dan pendorong demokrasi kampus, Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) meresmikan platform “Digital Aspirasi Mahasiswa” dan menggelar forum Dialog Legislasi yang melibatkan berbagai elemen penting dalam lingkungan akademik. Bertempat di Aula Pertemuan Lantai 3 Rektorat UMMAT, acara ini mengangkat tema “Suara Mahasiswa: Langkah Nyata, Aspirasi Didengar, Perubahan Terwujud” dan dihadiri lebih dari 80 peserta yang terdiri dari perwakilan Lembaga Kemahasiswaan se-UMMAT serta ketua dan anggota DPM dari berbagai perguruan tinggi di Kota Mataram.

Kegiatan ini menjadi tonggak sejarah baru dalam mekanisme penyampaian aspirasi mahasiswa di UMMAT. Selama ini, ruang penyampaian ide, kritik, dan gagasan mahasiswa dianggap terbatas. Melalui platform Digital Aspirasi Mahasiswa, DPM mencoba mematahkan sekat-sekat formalitas dan hambatan birokrasi yang kerap membatasi komunikasi dua arah antara mahasiswa dan lembaga perwakilan.

Ketua Komisi Humas DPM UMMAT, Irma Neni Wahidah, mengungkapkan bahwa keresahan mahasiswa yang selama ini tak tersampaikan dengan baik telah menjadi motivasi utama peluncuran inovasi ini. Ia memperkenalkan QR Code khusus yang terhubung langsung ke sistem digital aspirasi, memungkinkan setiap mahasiswa menyampaikan masukan secara anonim atau terbuka, kapan pun dan di mana pun.

“Kami tidak ingin lagi mendengar mahasiswa berkata, ‘suara saya tidak didengar’ atau ‘untuk apa menyampaikan aspirasi kalau tidak ditindaklanjuti’. Melalui platform ini, kami pastikan setiap suara akan tercatat dan dibahas dalam rapat-rapat DPM sebagai dasar penyusunan kebijakan”, tegasnya.

Platform ini dirancang agar bersifat transparan, adaptif, dan inklusif, sehingga dapat menjangkau seluruh mahasiswa dari berbagai latar belakang program studi dan fakultas. Tidak hanya menyampaikan aspirasi, mahasiswa juga dapat memantau tindak lanjut dan status aspirasi yang mereka kirimkan.

Rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan Dialog Legislasi, sebuah forum diskusi terbuka yang menghadirkan dua narasumber kompeten: Bapak Marga Harun, S.H., M.H., Anggota DPRD Provinsi NTB, dan Bapak Erik, S.IP., M.IP., akademisi UMMAT. Keduanya membahas secara mendalam tentang pentingnya literasi legislasi di kalangan mahasiswa, mekanisme penyusunan kebijakan publik, hingga peran strategis mahasiswa sebagai kelompok kritis dalam sistem demokrasi.

Dalam pemaparannya, Marga Harun mengapresiasi inisiatif DPM UMMAT dan menyatakan bahwa kegiatan seperti ini menjadi bukti bahwa mahasiswa bukan hanya penonton dalam dinamika kebangsaan.

“Saya melihat semangat besar dari adik-adik mahasiswa hari ini. Platform digital seperti ini harus menjadi media penggerak, bukan sekadar pelengkap. DPM punya peran vital dalam menyerap, menyusun, dan menyuarakan kebijakan berbasis kebutuhan riil mahasiswa”, ungkapnya.

Senada, Erik, S.IP., M.IP. menyoroti perlunya kolaborasi antara lembaga legislatif kampus dan akademisi dalam membentuk kultur berpikir kritis. Ia mendorong mahasiswa agar tidak takut bersuara, sekaligus tetap mengedepankan etika dalam menyampaikan pendapat.

Momentum penting lainnya adalah saat Wakil Rektor III UMMAT, Dr.Erwin, M.Pd.,  secara resmi meluncurkan platform Digital Aspirasi Mahasiswa. Dalam sambutannya, WR III memberikan apresiasi tinggi terhadap kinerja DPM UMMAT yang dinilai lebih aktif, inovatif, dan responsif terhadap kebutuhan zaman.

“DPM saat ini telah menunjukkan langkah nyata dalam menjembatani suara mahasiswa. Kami mendukung penuh, bahkan menantang DPM untuk mengembangkan platform ini lebih lanjut hingga bisa menjadi role model di tingkat nasional”, ujar WR III dengan semangat.

Ia juga mengajak seluruh organisasi kemahasiswaan untuk bersinergi dengan DPM dalam menampung dan menyikapi berbagai persoalan kampus secara konstruktif.

Ketua DPM UMMAT, Muhamad Aminuddin, menutup kegiatan dengan ajakan kepada seluruh mahasiswa UMMAT untuk tidak ragu menyampaikan aspirasi melalui kanal resmi yang telah disediakan. Ia menegaskan bahwa lembaga legislatif mahasiswa hadir bukan sebagai simbol, melainkan sebagai representasi nyata dari suara mahasiswa.

Kegiatan yang berlangsung hingga siang hari ini berjalan lancar dan penuh semangat kolaboratif. Dengan peluncuran Digital Aspirasi Mahasiswa, DPM UMMat tidak hanya memperkenalkan inovasi, tapi juga menegaskan komitmennya sebagai lembaga yang terbuka, solutif, dan berorientasi pada kemajuan kampus.

Kegiatan ini diharapkan menjadi titik awal transformasi budaya komunikasi antara mahasiswa dan lembaga kampus. Sehingga, segala bentuk kritik, gagasan, dan aspirasi dapat diterima sebagai energi positif untuk membangun Universitas Muhammadiyah Mataram yang lebih progresif dan adaptif di era digital. (HUMAS UMMAT)

Unit Layanan Disabilitas UMMAT Teguhkan Komitmen Wujudkan Kampus Inklusif dan Lingkungan Pendidikan yang Setara

Unit Layanan Disabilitas UMMAT Teguhkan Komitmen Wujudkan Kampus Inklusif dan Lingkungan Pendidikan yang Setara

Mataram, 9 Juli 2025 — Kesetaraan adalah fondasi utama dari pendidikan yang berkeadaban. Berangkat dari semangat ini, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) melalui Unit Layanan Disabilitas (ULD) menggelar workshop bertajuk “Aksesibilitas dan Inklusi: Membangun Lingkungan Kampus Ramah Disabilitas” di Aula Fakultas Agama Islam. Kegiatan ini menjadi titik tolak komitmen kampus dalam memperkuat budaya inklusif, di mana setiap individu tanpa terkecuali dapat merasakan atmosfer kampus yang adil, aman, dan memanusiakan.

Workshop ini menghadirkan tiga narasumber ahli dan inspiratif, yakni Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sri Sukarni, Kepala UPT Sentra Paramita Mataram Arif Rohman, S.ST., M.SIP., MAWG., Ph.D., serta Wakil Rektor III UMMAT Dr. Erwin, M.Pd.

Ketua ULD UMMAT, Nurliyah Nikmatul Rahmah, M.Kom.I., menyampaikan bahwa ULD hadir sebagai wujud nyata kepedulian kampus terhadap keberadaan penyandang disabilitas di lingkungan UMMAT. Saat ini, tercatat terdapat 15 orang penyandang disabilitas yang terdiri dari mahasiswa, dosen, hingga tenaga kependidikan.

“Keberadaan ULD ini bukan sekedar simbolik. Ini adalah bentuk nyata perhatian dan kepedulian UMMAT terhadap kelompok difabel. Kita ingin membangun kampus yang ramah, Namun memang harus kita akui, fasilitas kampus saat ini masih belum sepenuhnya mendukung kebutuhan penyandang disabilitas. Ke depan ini akan menjadi perhatian serius”, ujarnya.

Lebih lanjut Nurliyah menegaskan bahwa ULD bukan sekedar organ struktural semata, melainkan organ fungsional yang manusiawi dan selaras dengan nilai-nilai keislaman dan kemuhammadiyahan. Menurutnya, perubahan pola pikir seluruh unsur kampus merupakan kunci utama membangun lingkungan yang inklusif dan bebas dari diskriminasi.

Salah satu narasumber utama, Arif Rohman, PhD., menyampaikan materi bertajuk “Kebijakan Kementerian Sosial dalam Penanganan Penyambutan Disabilitas di Indonesia”. Ia menyoroti dasar hukum penting yang menjadi payung perlindungan terhadap hak-hak penyandang disabilitas, yakni Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyayang Disabilitas.

“Penyandang disabilitas bukan hanya yang terlihat secara fisik. Mereka bisa memiliki hambatan intelektual, mental, sensorik, yang berdampak dalam berinteraksi dan berpartisipasi di masyarakat. Lingkunganlah yang kerap membuat mereka benar-benar ‘disable’. Oleh karena itu, keterlibatan mereka dalam setiap kebijakan dan kegiatan sangatlah penting”, tegasnya.

Arif juga menyampaikan data mengejutkan bahwa sekitar 36% anak penyandang disabilitas tidak mengenyam pendidikan, sebuah permasalahan yang menurutnya menjadi tantangan besar bangsa. Ia juga menyebutkan adanya program sosial dari Kementerian Sosial, seperti Program Permakanan Penyayang Disabilitas, yang dikhususkan khusus untuk difabel berat yang bahkan tidak mampu makan sendiri.

Narasumber kedua, Sri Sukarni, lebih menitikberatkan pada aspek paradigma dan pendekatan terhadap disabilitas. Ia mengupas berbagai perspektif mulai dari pendekatan karitatif, medis, sosial, hingga pendekatan berbasis hak asasi manusia (HAM).

“Pendekatan terhadap disabilitas seharusnya bergeser dari belas kasihan (charity) menuju pendekatan berbasis hak asasi manusia (human rights-based approach). Selama ini kita masih terjebak pada pola pikir kasihan. Tapi mereka tidak butuh dikasihani, mereka butuh dihormati sebagai manusia dengan hak yang sama”,  tegasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa banyak tantangan yang muncul bukan dari disabilitas itu sendiri, melainkan dari lingkungan sekitar yang tidak mendukung. “Disabilitas memang ada, tapi yang menjadikannya disabilitas adalah lingkungan”, ujarnya mengutip perspektif inklusif yang mulai diterapkan secara global.

Tak hanya teori, Sri juga memberikan pelatihan singkat mengenai etika berinteraksi dengan penyandang disabilitas, mulai dari penggunaan istilah yang tepat hingga sikap menghormati otonomi mereka sebagai individu yang setara.

Narasumber terakhir, Dr. Erwin, M.Pd., memberikan pemaparan menyentuh mengenai pengalaman kampus UMMAT dalam menyambut mahasiswa penyandang disabilitas. Ia menggarisbawahi pentingnya melihat potensi, bukan batasan.

“Sebelum ULD resmi dibentuk, UMMAT sudah lebih dulu menerima mahasiswa difabel. Salah satunya mahasiswa kami dari Prodi PGSD, yang mengalami gangguan mental akibat masalah keluarga. Secara akademik ia sangat kritis dan berprestasi, namun akhirnya memilih berhenti kuliah karena mengalami bullying dan minimnya dukungan lingkungan. Ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua”, kisahnya.

Ia juga menambahkan bahwa UMMAT kini telah membuka jalur khusus penyandang disabilitas dalam proses penerimaan mahasiswa baru. Namun langkah ini tidak bisa berhenti di sana.

“Komitmen kita ke depan adalah menjadikan UMMAT sebagai kampus inklusi, tempat semua orang terlepas dari apapun kondisinya. dihargai, diberdayakan, dan diberi ruang yang setara”, tutupnya.

Workshop ini berlangsung penuh antusiasme dan diikuti oleh perwakilan lembaga mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan dari seluruh fakultas di lingkungan UMMAT. Kegiatan ini diharapkan menjadi awal dari transformasi nyata kampus yang benar-benar inklusif, yang tidak hanya ramah terhadap penyandang disabilitas secara fisik, tetapi juga secara mental, sosial, dan kebijakan. (HUMAS UMMAT)