PARTISIPASI DOSEN UMMAT DALAM SOSIALISASI PENGOLAHAN LIMBAH TAHU TEMPE MENJADI BIOGAS


Mataram- Dosen Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) turut berpartisipasi dalam acara sosialisasi Pengolahan Limbah Tahu Tempe menjadi Biogas yang digelar oleh BAZNAS di Kantor Lurah Desa Abian Tubuh, Kota Mataram pada hari Rabu (7/10/2020). Dalam acara ini, BAZNAS mengundang dosen UMMAT sebagai pemateri. Fakultas Pertanian (FAPERTA) UMMAT mengutus tiga dosennya Karyanik, Earlyna dan Muanah untuk mengisi sebagai pemateri.


Selain utusan dari FAPERTA UMMAT, perwakilan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram, Dinas Perindustrian dan juga Dinas Pertanian turut berpartisipasi. Menurut tim BAZNAS, lembaga-lembaga tersebut perlu ikut andil dalam permasalahan limbah di kota Mataram khususnya di Desa Abian Tubuh yang menjadi pusat pembuatan tahu dan tempe.
Limbah tahu sudah menjadi masalah sejak lama khususnya bagi warga Desa Abian Tubuh yang merupakan pusat pembuatan tahu dan tempe di Mataram. Dalam pembuatan tahu, kedelai harus melalui berbagai macam proses seperti penggilingan, pemasakan dan penyaringan. Kedelai yang tidak terbentuk dengan baik ketika proses ini akan menjadi limbah. Limbah ini yang kemudian menimbulkan masalah karena selain tidak dapat dikonsumsi, limbah tahu juga mencemari lingkungan dan oleh karena itu harus diolah.
Dalam penjelasannya, tim dosen UMMAT mengatakan ada beberapa cara untuk mengolah limbah tahu dan salah satunya adalah mengolahnya menjadi biogas. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari fermentasi bahan-bahan organik seperti sampah basah, kotoran hewan dan limbah tahu juga merupakan salah satu sampah organik. Biogas dapat dijadikan sebagai bahan bakar kendaraan atau listrik. Salah satu cara menjadikan limbah tahu menjadi biogas adalah melalui digester biogas yang kemudian dapat dijadikan bahan bakar untuk memasak. Walaupun digester biogas mempunyai beberapa kendala seperti harga yang mahal dan produksi yang dapat terhambat ketika tercampur sabun, digester biogas mempunyai keunggulan yang besar karena dapat bertahan selama 20 tahun, ramah lingkungan dan dapat menyalakan lebih dari 1 kompor.
“Limbah tahu ini merupakan masalah kita semua karena mencemari lingkungan tempat kita tinggal, namun ada beberapa cara untuk mengatasinya dan salah satunya adalah dengan mengolah limbah menjadi biogas menggunakan digester biogas. Memang harganya mahal tapi keuntungan yang didapat sangat sepadan karena alat ini dapat digunakan sampai 20 tahun dan sangat ramah lingkungan”, jelas Karyanik, salah satu dosen pemateri.
Para peserta yang hadir terlihat antusias selama acara berlangsung. Mereka berharap dengan diadakannya sosialisasi ini, permasalahan limbah di industri tahu tempe dapat teratasi secepatnya.
Di sela-sela diskusi, Dinas Pertanian menyampaikan bahwa permasalahan limbah ini sudah lama menjadi agenda yang ingin mereka kerjakan namun sampai saat ini belum berhasil dan mereka berharap acara ini dapat menjadi pembuka untuk bekerjasama dengan para dosen untuk mengetahui penerapan teknologi yang tepat dalam mengatasi masalah limbah ini. Selain Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian juga antusias menyampaikan bahwa mereka tertarik dengan kegiatan tersebut dan berharap dapat menandatangani MoU dengan FAPERTA UMMAT terkait kegiatan tersebut. Dinas Lingkungan Hidup juga tidak kalah antusias dan mengatakan bahwa pihak mereka akan siap membantu dalam bentuk dana untuk program pengolahan limbah cair menjadi biogas ini.
Perwakilan dari ketiga dinas tersebut mengharapkan pembangunan digester biogas segera terlaksana agar dapat menjadi Pilot Project dan meyakinkan warga Kota Mataram bahwa masalah limbah tahu dapat teratasi. Sejauh ini digester biogas sudah berhasil dilakukan di Desa Aik Mual Kecamatan Praya Lombok Tengah.
“Harapan kami adalah pembangunan digester ini akan segera terlaksana agar warga Mataram yakin kalau limbah ini dapat segera teratasi karena di Desa Aik Mual di Praya sudah berhasil dibangun digester biogas”, ungkap salah satu perwakilan dinas yang hadir.(KF)