Mataram, 23 Mei 2025 – Program Studi Ilmu Lingkungan Program Magister Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) gelar Kuliah Dosen Tamu bertaraf internasional dengan tema “Innovations in Sustainability and Sustainable Development Research: Systems Thinking and Transdisciplinary Approaches”. Kegiatan ini menghadirkan Associate Professor Datu Buyung Agustdinata dari Arizona State University, Amerika Serikat, sebagai narasumber utama, serta turut menghadirkan Prof. Joni Safaat, M.Sc., Ph.D., sebagai narasumber kedua.
Rektor UMMAT, Drs. Abdul Wahab, MA., menyampaikan rasa syukur atas capaian Program Studi Ilmu Lingkungan yang telah meraih akreditasi “Baik Sekali” dan menjadi salah satu prodi yang semakin diminati oleh masyarakat. Ia juga menyinggung rencana jangka panjang universitas untuk membuka program doktor (S3) Ilmu Lingkungan.
“Alhamdulillah, Prodi Ilmu Lingkungan sudah mendapatkan akreditasi Baik Sekali dan terus menunjukkan peningkatan peminat dari masyarakat luas. Ke depan, kita ikhtiarkan agar S3 Ilmu Lingkungan bisa terwujud. Ini menjadi salah satu bukti bahwa Muhammadiyah adalah gerakan yang terus bergerak ke arah kemajuan,” ujar Rektor.
Beliau juga berharap bahwa kuliah tamu ini dapat menjadi pembuka wawasan dan semangat baru dalam menumbuhkan kepedulian terhadap isu-isu lingkungan hidup yang semakin kompleks.
Dalam pemaparannya, Associate Prof. Datu Buyung Agustdinata memberikan perspektif yang mendalam mengenai pentingnya pendekatan sistem (systems thinking) dan kolaborasi lintas disiplin (transdisciplinary approaches) dalam penelitian dan praktik keberlanjutan.
“Jangan salahkan orang … salahkan sistem. Masalah lingkungan yang kita hadapi saat ini adalah hasil dari sistem sosial, ekonomi, dan politik yang dibentuk manusia. Jika ingin solusi, kita harus berpikir sistemik,” tegasnya.
Ia menjelaskan bahwa pendekatan transdisipliner membuka ruang kolaborasi antara akademisi, masyarakat, praktisi, dan pembuat kebijakan dalam menyelesaikan masalah dunia nyata yang kompleks. Kolaborasi ini melahirkan pengetahuan baru yang tidak bisa dicapai hanya dengan satu disiplin ilmu.
Prof. Buyung juga menekankan peran penting kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dalam pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam demokratisasi interaksi antar pemangku kepentingan, seperti pada sektor pertambangan, tata kelola air, dan transisi energi rendah karbon.
Mengutip William C. Clark, Prof. Buyung menyampaikan bahwa “Seperti ilmu kesehatan, ilmu keinginan tidak ditentukan berdasarkan masalah yang ditanganinya, bukan berdasarkan disiplin ilmu yang digunakannya“, jelasnya.
Ia kemudian membedakan pendekatan multidisipliner, interdisipliner, dan transdisipliner, lengkap dengan contoh aplikasinya di bidang kelautan, kehutanan, hingga urbanisasi. Salah satu contoh inspiratif adalah kolaborasi antara ilmuwan, nelayan lokal, dan pembuat kebijakan dalam mengelola terumbu karang secara berkelanjutan.
Di akhir sesinya, Prof. Buyung mengajak peserta merenungkan hubungan antara sains dan iman. Beliau membacakan ayat Al-Qur’an yang menggambarkan keagungan semesta: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan Kami dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (QS. Az-Zariyat: 47)
Ia menampilkan gambar Galaksi Sombrero yang memiliki diameter 50.000 tahun cahaya dan berjarak 28 juta tahun cahaya dari Bumi sebagai bentuk kekuasaan Allah yang luar biasa. “Ciptaan Allah luar biasa. Sains yang benar tidak pernah dibandingkan dengan iman. Sebaliknya, ia memperkuat keyakinan kita”, ungkapnya.
Prof. Joni Safaat, M.Sc., Ph.D., sebagai narasumber kedua menjelaskan secara rinci kerangka Life Cycle Sustainability Assessment (LCSA) dalam penelitian transdisipliner. Ia memperkenalkan konsep ELCA (Environmental Life Cycle Assessment), SLCA (Social Life Cycle Assessment), dan LCC (Life Cycle Costing) sebagai pilar utama dalam menilai keberlanjutan suatu produk, layanan, atau kebijakan.
Berbagai studi kasus dari industri di Eropa dipaparkan sebagai contoh konkret: Solana (Italia) dalam menilai keberlanjutan produk dan kemasan tomat, Stora Enso (Finlandia) dalam mengevaluasi dampak lingkungan kemasan makanan cair, BASF (Jerman) dalam menilai cat interior ramah lingkungan, Le Blein (Jerman) dalam menilai keberlanjutan layanan daur ulang beton.
Acara ini mendapat sambutan antusias dari peserta, khususnya mahasiswa magister yang merasa terbuka wawasannya terhadap pendekatan baru dalam penelitian dan pengabdian masyarakat. Banyak dari mereka yang menyatakan ketertarikan untuk mengembangkan riset transdisipliner berbasis masalah nyata di NTB, seperti pengelolaan sampah, konservasi air, hingga pertambangan berkelanjutan.
Kegiatan ini menegaskan posisi UMMAT sebagai institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya progresif secara akademik, namun juga visioner dalam membangun masa depan yang lebih lestari dan berkeadilan. (HUMAS UMMAT)
Mataram, 18 Februari 2025 – Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) dengan bangga mengumumkan bahwa Prof. Joni Safaat Adiansyah, ST., M.Sc., Ph.D., telah meraih posisi sebagai Guru Besar di Program Magister Ilmu Lingkungan. Perjalanan luar biasa Prof. Joni menuju pencapaian ini menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang, dipenuhi dengan dedikasi, tantangan, dan semangat yang tak pernah pudar.
Dalam pidatonya yang bertajuk A Colourful Journey (Perjalanan Penuh Warna), Prof. Joni berbagi pengalaman pribadi yang membentuk perjalanan hidup dan karirnya, serta memberikan pesan semangat kepada seluruh hadirin untuk tetap menjalani hidup dengan prinsip manjadda wa jadda (siapa yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil). Prof. Joni mengungkapkan betapa pentingnya ketahanan dalam menghadapi kesulitan, mengingat masa kecilnya yang penuh tantangan setelah kehilangan ayahnya saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Ibu yang luar biasa tangguh membesarkan dirinya dan saudara-saudaranya seorang diri. “Saya teringat dulu gimana waktu dimalang pulang mampir dipasar untuk membeli makanan untuk dijual oleh ibu saya, dan saat itu saya melihatnya tidak hanya sebagai ibu saya, tetapi juga sebagai superhero saya yang memberikan kekuatan dan membantu saya menjadi seperti sekarang ini,” kenang Prof. Joni, menggambarkan betapa besar pengaruh ibu dalam hidupnya.
Perjalanan karir Prof. Joni juga sangat berwarna dan penuh dengan beragam pengalaman. Prof. Joni memulai karir akademiknya di UMMAT pada tahun 1997 sebagai dosen luar biasa di Fakultas Teknik, sekaligus terlibat di industri tambang. Ia juga sempat menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS), namun akhirnya memilih untuk mengundurkan diri guna fokus pada karirnya di sektor tambang, sebuah keputusan yang sangat dipengaruhi oleh doa ibunya. “Sejak bergabung dengan UMMAT, saya merasa sangat diberkahi karena dapat menjadi bagian dari perjalanan panjang UMMAT, yang hingga kini tetap menjadi bagian penting dari hidup saya,” ujar Prof. Joni.
Perjalanan akademik Prof. Joni pun tak kalah menarik. Pada tahun 2009, ia mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 di bidang Ilmu Lingkungan dengan beasiswa dari Stuned ke Belanda di Han University. Kemudian kesempatan beasiswa S3 di Curtin University yang didanai oleh program BPPL Dikti dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Terbaru, Prof. Joni mendapatkan kesempatan program kunjungan (visiting scholar) ke Amerika Serikat dengan beasiswa penuh selama 4 bulan. “Jadi sangat berwarna apa yang saya jalani dan yang saya tempuh, apakah saya pernah gagal? Tentu, gagal itu pernah. Tapi, saya berpesan kepada teman-teman untuk selalu yakin bahwa Allah SWT selalu memberikan sesuatu yang terbaik untuk hambahNya dan terus berprasangka baik kepada Allah SWT belum tentu yang kita anggap gagal itu dianggap gagal oleh Allah selalu ada sisi positifnya,” ungkapnya.
Prof. Joni juga berbagi tiga prinsip utama yang membimbingnya sepanjang perjalanan hidupnya. Pertama, ia menekankan pentingnya ikhtiar, usaha yang tidak pernah berhenti dan keinginan untuk terus memberikan yang terbaik. “Tidak peduli seberapa besar tantangan yang dihadapi, teruslah berusaha, karena keberhasilan akan datang kepada mereka yang tidak pernah menyerah,” kata Prof. Joni. Kedua, ia berbicara tentang kekuatan doa (berdoa), dan mengingatkan momen berat selama enam bulan pertama studi S3 di Australia, saat ia merasa teruji. Di masa itu, ia menulis di buku catatannya ayat dari Al-Baqarah (2:286): “Allah tidak akan membebani seorang hamba melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. Ayat ini menjadi pegangan yang memberinya ketenangan dan kekuatan untuk terus maju.
Terakhir, Prof. Joni berbicara tentang pentingnya semangat manjadda wa jadda, semakin besar usaha yang kita lakukan, semakin besar pula hasil yang kita peroleh. Ia meyakini bahwa melalui usaha yang konsisten dan tekad yang kuat, setiap individu dapat meraih kesuksesan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat dan dunia sekitar.
Perjalanan Prof. Joni menuju Guru Besar ini merupakan bukti nyata dari ketekunan, keyakinan, dan kerja keras. Pencapaiannya ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi mahasiswa dan civitas akademika UMMAT, tetapi juga menjadi pelajaran berharga bagi siapa saja yang tengah menghadapi tantangan dalam perjalanan hidupnya. Kesuksesan Prof. Joni mengingatkan kita bahwa dengan tekad, usaha yang tak kenal lelah, dan dukungan orang-orang terdekat, segala tujuan dapat tercapai.
UMMAT sangat bangga memiliki Prof. Joni Safaat Adiansyah sebagai bagian dari keluarga akademik dan berharap kontribusinya dapat semakin memperkaya warisan akademik UMMAT serta menginspirasi generasi ilmuwan dan ahli lingkungan di masa mendatang (HUMAS UMMAT).
Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) secara resmi memulai kegiatan matrikulasi bagi mahasiswa baru program pascasarjana tahun akademik 2024/2025. Program ini diikuti oleh 32 mahasiswa yang berasal dari tiga program studi magister, yaitu Ilmu Hukum, Ilmu Lingkungan, dan Pendidikan Dasar. Kegiatan matrikulasi yang dilaksanakan selama dua hari ini bertujuan untuk memperkenalkan mahasiswa baru terhadap lingkungan akademik, sistem pendidikan, serta nilai-nilai yang ada di UMMAT, khususnya sebagai salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah di Indonesia (04/10/2024).
Dr. Nurjannah, SH., MH., selaku Ketua Panitia Pelaksana, menjelaskan bahwa kegiatan ini sangat penting untuk membantu mahasiswa baru beradaptasi dengan baik di lingkungan kampus. “Tahun ini, kami menyambut 32 mahasiswa baru, dengan 17 orang dari program Ilmu Hukum, 7 orang dari program Ilmu Lingkungan, dan 8 orang dari Pendidikan Dasar. Matrikulasi ini adalah awal dari perjalanan akademik mereka, di mana mereka akan dibekali dengan pengetahuan dasar terkait pendidikan tinggi dan program studi masing-masing,” jelasnya.
Hari pertama matrikulasi, mahasiswa diperkenalkan dengan berbagai aspek penting yang menyangkut sistem pendidikan di UMMAT, termasuk strategi akademik dan non-akademik untuk mencapai kesuksesan dalam studi. Dalam sambutannya, Direktur Pascasarjana UMMAT, Dr. Lukman, M.Pd., menegaskan pentingnya kegiatan matrikulasi sebagai tahap awal pengembangan diri mahasiswa. “Matrikulasi adalah momen penting di mana mahasiswa baru mendapatkan panduan tentang bagaimana mengelola studi mereka di jenjang magister. Kami berharap, melalui kegiatan ini, mereka bisa lebih siap menghadapi tantangan akademik yang lebih kompleks,” ucap Dr. Lukman.
Lebih lanjut, Dr. Lukman menekankan pentingnya mahasiswa magister untuk menguasai teori di bidang ilmu mereka masing-masing, serta kemampuan untuk menerapkan teori tersebut dalam memecahkan berbagai masalah di dunia nyata. “Kami berharap lulusan pascasarjana UMMAT mampu berperan aktif dalam pemecahan masalah, baik di lingkungan akademik, dunia kerja, maupun di masyarakat. Ini adalah langkah awal untuk menciptakan profesional yang kompeten di bidang hukum, lingkungan, dan pendidikan,” tambahnya.
Rektor UMMAT, Drs. Abdul Wahab, MA., menyinggung tentang peran penting mahasiswa dalam mengikuti regulasi pemerintah terkait akreditasi kampus dan memastikan kualitas pendidikan yang berstandar nasional dan internasional. “Sebagai mahasiswa pascasarjana, Anda tidak hanya dituntut untuk lulus, tetapi juga memahami bagaimana perkembangan regulasi dan standar pendidikan yang ada. Hal ini penting agar Anda tidak hanya berkompeten di bidang akademis, tetapi juga mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan global,” tutur Rektor Abdul Wahab.
Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UMMAT, Drs. H. Gulam Abbas, M.Si., yang memberikan paparan tentang Catur Dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah. Menurutnya, Catur Dharma mencakup empat pilar utama: pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta pengembangan nilai-nilai Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. “Mahasiswa di UMMAT diharapkan tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berakhlak mulia dan mampu memberikan kontribusi yang nyata kepada masyarakat,” jelas Gulam Abbas.
Pada hari kedua matrikulasi, mahasiswa akan menerima materi yang lebih spesifik terkait dengan program studi masing-masing. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang kurikulum, metode pengajaran, serta pendekatan penelitian yang akan mereka lalui selama masa studi. “Materi di hari kedua akan lebih fokus pada prodi masing-masing, dengan tujuan agar mahasiswa bisa langsung mengidentifikasi tantangan-tantangan yang mungkin mereka hadapi dalam studi ke depan,” ujar Dr. Nurjannah.
Selain materi akademik, mahasiswa juga diajak untuk aktif berdiskusi mengenai isu-isu aktual yang relevan dengan bidang studi mereka. Dr. Lukman menekankan bahwa salah satu kunci sukses dalam dunia akademik adalah kemampuan untuk terus mengikuti perkembangan global dan lokal. “Mahasiswa perlu memahami isu-isu yang sedang berkembang, baik di tingkat nasional maupun internasional, agar bisa berkontribusi secara maksimal di bidang ilmu mereka,” ucapnya.
Salah satu mahasiswa baru dari Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, M. Fauzan, mengungkapkan rasa antusiasnya mengikuti matrikulasi ini. “Saya sangat senang bisa bergabung di program pascasarjana UMMAT. Kegiatan matrikulasi ini sangat membantu kami untuk memahami apa yang akan kami pelajari dan bagaimana kami bisa memaksimalkan waktu kami di sini,” katanya.
Kegiatan matrikulasi ini diharapkan mampu memberikan landasan yang kuat bagi mahasiswa pascasarjana UMMAT dalam menjalani masa studi mereka. UMMAT sebagai salah satu perguruan tinggi Muhammadiyah yang mengedepankan nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan, berkomitmen untuk mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten secara akademis tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Dengan semangat untuk terus berkembang, UMMAT berharap para mahasiswa baru pascasarjana dapat menjadi agen perubahan di bidang hukum, lingkungan, dan pendidikan dasar, serta mampu menjawab tantangan-tantangan di masa depan dengan inovasi dan dedikasi (HUMAS UMMAT).