Perkuat Literasi Sains Pelajar Kota Mataram, FKIP UMMAT hadirkan FISMAT 2025

Perkuat Literasi Sains Pelajar Kota Mataram, FKIP UMMAT hadirkan FISMAT 2025

Mataram, 22 Mei 2025— Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) kembali menunjukkan komitmennya dalam memajukan dunia pendidikan, khususnya di bidang sains, melalui penyelenggaraan Olimpiade Fisika dan Matematika (FISMAT) tingkat SMA/MA se-Kota Mataram. Kegiatan bergengsi yang berlangsung selama dua hari, terhitung dari tanggal 21 hingga 22 Mei 2025 ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Fisika dan Matematika FKIP UMMAT dengan mengusung tema inspiratif: “FISMAT: Jembatan Pengetahuan untuk Mengasah Nalar dan Menyelesaikan Misteri Alam”.

Kegiatan ini diikuti oleh puluhan siswa-siswi terbaik dari 10 sekolah menengah atas dan madrasah aliyah di Kota Mataram, antara lain MAN 1 Mataram, MAN 2 Mataram, MAN 3 Mataram, MAS Al-Intishor, SMAN 6 Mataram, SMAN 7 Mataram, MAS Ar-Raisyah, MA Nurul Jannah NW Ampenan, MA Plus Abu Hurairah Mataram, dan SMA IT Yarsi Mataram. Kehadiran para peserta dari berbagai latar belakang sekolah ini mencerminkan semangat kolaborasi dalam membangun atmosfer pendidikan yang kompetitif, sehat, dan inspiratif.

Ketua Panitia, Bima Nurul Huda, menyampaikan bahwa olimpiade ini bukan hanya sekadar ajang adu kecerdasan, tetapi merupakan ruang belajar yang menyenangkan dan menantang. “Kami ingin memberikan wadah bagi generasi muda untuk mengeksplorasi sains secara lebih dekat. Melalui kegiatan ini, mereka tidak hanya menghafal rumus, tetapi juga diajak berpikir kritis, kreatif, dan sistematis dalam menyelesaikan persoalan-persoalan nyata yang ada di sekitar mereka”, ujarnya.

Bima juga menyoroti pentingnya mengubah paradigma tentang sains di kalangan pelajar. “Fisika dan Matematika kerap kali dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan. Padahal, jika dipelajari dengan pendekatan yang tepat, kedua ilmu ini justru membuka cakrawala berpikir yang luas. Lewat FISMAT, kami ingin menunjukkan bahwa belajar sains bisa menyenangkan dan menantang sekaligus”,  tambahnya.

Ketua BEM FKIP, Sastrawan Barqah Yulyanto, menyatakan rasa bangganya terhadap inisiatif HMPS Fisika dan Matematika yang turut serta menciptakan ruang-ruang edukatif di kampus. “Saya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Ini adalah bukti nyata bahwa mahasiswa FKIP UMMAT tidak hanya aktif dalam kegiatan akademik, tetapi juga produktif dalam menghadirkan inovasi dan kontribusi nyata bagi pendidikan. Ini juga mempertegas posisi FKIP sebagai fakultas yang berorientasi pada kemajuan dan pembangunan karakter peserta didik”, katanya.

Sementara itu, Ketua Program Studi Matematika, Abdillah, M.Pd., dalam paparannya menekankan pentingnya akses terhadap ilmu pengetahuan di era digital. “Saat ini belajar Fisika dan Matematika semakin mudah dengan dukungan teknologi seperti aplikasi, perangkat lunak, dan media pembelajaran digital. Kita tidak bisa lagi menjadikan sulitnya akses sebagai alasan. Yang dibutuhkan adalah konsistensi dan kemauan untuk belajar”, ujarnya.

Abdillah juga menambahkan bahwa tujuan utama dari kegiatan ini adalah membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga adaptif terhadap perkembangan zaman. “Di tengah arus perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan, kita butuh generasi yang tidak malas berpikir. Mereka harus punya nalar yang tajam dan daya saing tinggi untuk bisa bertahan dan berkontribusi”, tegasnya.

Puncak semangat dan motivasi peserta terlihat saat Dekan FKIP UMMAT, Dr. Muhammad Nizaar, M.Pd., Si., menyampaikan sambutan resmi. Dalam kesempatan tersebut, beliau menjelaskan bahwa FISMAT bukan hanya tentang lomba, tetapi juga tentang semangat mencintai ilmu pengetahuan. “Kami ingin menumbuhkan ghiroh belajar siswa dalam bidang Fisika dan Matematika. FKIP UMMAT berkomitmen menciptakan ekosistem pendidikan yang mendorong lahirnya calon guru profesional, cerdas, dan tangguh menghadapi tantangan zaman”,  jelasnya.

Dr. Nizaar juga menekankan bahwa sains bukanlah sesuatu yang asing dalam kehidupan manusia. Ia menyampaikan bahwa salah satu tokoh sains Indonesia, Prof Yohanes Surya yang memperkenalkan konsep Semesta Estato, yakni alam semesta sebagai sistem yang harmonis dan penuh misteri. “Melalui sains, kita bisa memahami keteraturan semesta dan tempat kita di dalamnya. Oleh karena itu, mempelajari Fisika dan Matematika bukan semata soal angka, tapi tentang memahami hidup itu sendiri”, ungkapnya.

Lebih lanjut, beliau juga mengajak para guru pendamping yang hadir untuk terus membuka ruang eksplorasi bagi siswa. “Guru memiliki peran strategis. Jangan matikan rasa ingin tahu siswa. Dari pertanyaan-pertanyaan kecil itulah lahir penemuan besar. Ciptakan ruang dialog, ruang eksperimen, dan suasana belajar yang menyenangkan agar mereka berani bertanya dan berpikir”, pesannya. (HUMAS UMMAT)

UMMAT Dorong Mahasiswa Go Internasional melalui Sosialisasi Program Beasiswa INTENS bersama Intact Base Surabaya

UMMAT Dorong Mahasiswa Go Internasional melalui Sosialisasi Program Beasiswa INTENS bersama Intact Base Surabaya

Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) melalui Kantor Urusan Internasional (KUI) dan Kerja Sama terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung pengembangan kapasitas mahasiswa di level global dengan menggelar kegiatan sosialisasi Program Beasiswa International Talent Education Special Program (INTENS) yang bekerja sama dengan lembaga Intact Base Surabaya, Pada Jumat, 16 Mei 2025.

Kegiatan yang berlangsung di Ruang Sidang Utama Rektorat UMMAT ini menghadirkan Direktur Intact Base Surabaya, Andre SO, sebagai narasumber utama. Ia memaparkan berbagai peluang beasiswa studi ke luar negeri, khususnya ke Taiwan, yang terbuka luas bagi mahasiswa Indonesia. Dalam pemaparannya, Andre menjelaskan bahwa program INTENS merupakan platform pendampingan pendidikan internasional yang berfokus pada pemberdayaan pelajar Indonesia agar dapat mengakses pendidikan tinggi di luar negeri melalui skema beasiswa penuh, salah satunya dari Kementerian Pendidikan Taiwan.

“Melalui program INTENS, mahasiswa bisa mendapatkan pembiayaan penuh untuk melanjutkan studi di universitas terkemuka di Taiwan. Tidak hanya kuliah, tetapi juga bisa mengikuti skema dual degree 3+1, di mana tiga tahun kuliah di Indonesia dan satu tahun di luar negeri. Ini peluang emas yang harus dimanfaatkan,” terang Andre.

Wakil Rektor IV, Dr. H. Zaenuddin, M.Pd.I., menyampaikan apresiasi atas kerja sama yang terjalin dengan Intact Base Surabaya. Beliau menekankan bahwa UMMAT sangat terbuka terhadap bentuk kolaborasi internasional yang dapat memperkuat eksistensi global mahasiswa dan institusi.

“Sosialisasi ini menjadi langkah awal yang penting. Kita berharap ada tindak lanjut berupa penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dalam waktu dekat agar kerja sama ini tidak hanya bersifat informatif, tetapi juga implementatif dan berkelanjutan,” ungkap Dr. Zaenuddin dalam sambutannya.

Sementara itu, Kepala Kantor Urusan Internasional dan Kerja Sama UMMAT, dalam paparannya menjelaskan bahwa UMMAT saat ini tengah mengembangkan program-program unggulan berbasis internasional, termasuk Dual Degree Program 3+1 dengan sejumlah perguruan tinggi di Taiwan. Program ini didukung penuh oleh Kementerian Pendidikan Taiwan dan menjadi salah satu inisiatif penting dalam mendorong mahasiswa untuk berkiprah di tingkat global.

“Ke depan, kami ingin lebih banyak mahasiswa UMMAT yang mampu menjangkau pendidikan internasional. Ini bukan hanya tentang studi, tetapi juga tentang membangun jejaring global, meningkatkan kompetensi lintas budaya, serta memperluas wawasan sebagai generasi muda yang siap berkontribusi di era globalisasi,” jelasnya.

Kegiatan sosialisasi ini dihadiri puluhan mahasiswa dari Fakultas Teknik. Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan dan diskusi interaktif yang muncul selama sesi berlangsung. Para peserta juga mendapatkan informasi teknis mengenai cara mendaftar, persiapan dokumen, serta dukungan yang diberikan oleh Intact Base dalam proses aplikasi beasiswa.

Di akhir kegiatan, pihak KUI mengajak seluruh mahasiswa untuk terus mempersiapkan diri menghadapi peluang internasional ini, baik melalui peningkatan kemampuan bahasa Inggris, penguatan profil akademik, maupun pengembangan soft skills.

“Terima kasih kepada tim dari INTENS Program atas kolaborasi dan sharing yang luar biasa hari ini. Kami berharap kegiatan seperti ini terus berlanjut. Untuk mahasiswa UMMAT, ayo siapkan dirimu dari sekarang. Informasi lebih lanjut bisa didapatkan di International Office UMMAT,” tutup Asbah, M.Hum  dengan semangat (HUMAS UMMAT).

Kolaborasi Kelas Riset dan LPPM UMMAT: Sukses Gelar Ajang Bergengsi SLR Competition

Kolaborasi Kelas Riset dan LPPM UMMAT: Sukses Gelar Ajang Bergengsi SLR Competition

Mataram – Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas akademik mahasiswa dengan menggelar Systematic Literature Review (SLR) Competition 2025. Kompetisi ini merupakan upaya untuk membantu mahasiswa mengatasi kesulitan dalam penulisan artikel akademik serta mengajarkan teknik konversi makalah menjadi paper yang siap diterbitkan. Acara ini merupakan kali pertama diadakan oleh Kelas Riset Angkatan 3 FKIP, bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UMMAT.

Sebagai bagian dari persiapan, panitia menggelar webinar bertajuk “AI for Writing” pada 24 Januari 2025. Webinar ini bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan teknik penulisan paper yang baik dan efektif, sehingga dapat menghasilkan karya ilmiah berkualitas tinggi.

Setelah sesi webinar, peserta diminta mengumpulkan paper yang kemudian diseleksi secara ketat oleh tim penguji. Sebanyak 21 paper dari berbagai fakultas diterima dalam kompetisi ini, dan setelah melalui tahap seleksi, 5 paper terbaik dipilih untuk maju ke sesi presentasi final di hadapan penguji. Presentasi ini berlangsung pada 17 Maret 2025, bertempat di Ruang Pertemuan Rektorat Lantai 3 UMMAT.

Kompetisi ini menghadirkan penguji kompeten, yakni Dr. Syaharuddin, M.Si dan Dr. Mappanyompa, M.Pd., yang merupakan pembina kelas riset dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) dan Fakultas Agama Islam (FAI). Dalam keterangannya, Dr. Syaharuddin menegaskan bahwa SLR Competition dirancang sebagai wadah pelatihan bagi mahasiswa dalam menulis paper ilmiah yang baik. Ia juga menambahkan bahwa output dari kegiatan ini adalah publikasi paper dalam prosiding LPPM, yang berkontribusi pada peningkatan publikasi akademik di UMMAT.

Pada tahap akhir kompetisi, diumumkan beberapa pemenang terbaik. Yakni, Terbaik satu diraih oleh Hanik dari Program Studi PPKN . Terbaik kedua diraih oleh Fira dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI). Terbaik Ketiga diraih oleh Baiq Fera Sumita Putri dari Administrasi Bisnis. Terbaik keempat diraih oleh Chinta Shaqila dari PBI dan Terbaik kelima diraih oleh Amatullah Haniyah Nabilah dari Administrasi Bisnis.

“Para pemenang akan mendapatkan hadiah berupa uang tunai, piala, dan kesempatan publikasi. Selain itu, kelima peserta terbaik juga memperoleh tiket masuk Kelas Riset tanpa seleksi, yang dapat mereka ikuti pada semester lima mendatang”, ujar Dr. Syahar.

Dengan suksesnya penyelenggaraan SLR Competition 2025, UMMAT berharap kompetisi ini dapat menjadi agenda rutin setiap semester dan mampu meningkatkan kualitas riset serta publikasi mahasiswa. Hal ini sejalan dengan visi universitas dalam mencetak lulusan yang unggul dan berdaya saing (HUMAS UMMAT).

FAI UMMAT Sambut Delegasi USIM dalam Global Islamic Outreach (GISO) 2025

FAI UMMAT Sambut Delegasi USIM dalam Global Islamic Outreach (GISO) 2025

Mataram, 20 Februari 2025 – Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) dengan penuh semangat menyambut Delegasi University Sains Islam Malaysia (USIM) dalam rangka Global Islamic Outreach (GISO) 2025. Acara ini mengusung tema Implementation of Agreement Between USIM and Faculty of Islamic Studies UMMAT dan bertujuan untuk mempererat kerja sama akademik antara kedua institusi.

Dekan FAI UMMAT, H. Muhirdan, M. Si., menyampaikan rasa gembira atas kehadiran delegasi USIM. Beliau menjelaskan bahwa Malaysia dan Indonesia memiliki akar budaya yang sama, yakni rumpun Melayu, sehingga kerja sama yang terjalin harus terus diperkuat. “Bagaimana tradisi-tradisi akademik yang dibangun oleh USIM dan UMMAT, khususnya di FAI, harus saling mengenal. Dalam Al-Qur’an dijelaskan pentingnya kolaborasi, dan kita akan memperkuat MoU agar civitas akademika FAI UMMAT juga bisa berkunjung ke USIM,” ujarnya.

Sementara itu, Academic Supervisor USIM, Dr. Amiruddin Mohd Sobali, mengungkapkan rasa terima kasih atas sambutan yang hangat dan penuh kekeluargaan. “Kami dari USIM, khususnya Fakultas Pengajian Al-Qur’an dan Sunnah, sangat mengapresiasi atas sambutan hangat UMMAT. Kegiatan ini tidak akan berhenti di sini, tetapi akan terus berlanjut di masa mendatang. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Surah Al-Mujadalah:11, bahwa Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan. InsyaAllah, USIM dan UMMAT dapat saling bertukar ilmu untuk kemajuan universitas kita,”ungkapnya.

Dr. Amiruddin juga menambahkan bahwa ia terinspirasi oleh film Sang Pencerah, yang menceritakan perjuangan Muhammadiyah dalam dunia pendidikan. Menurutnya, film tersebut sangat relevan dalam membangun kesadaran mahasiswa untuk membawa perubahan dan inovasi di dunia akademik.

Kegiatan dilanjutkan dengan sesi Studi Tour yang membawa delegasi USIM berkeliling kampus UMMAT, memperkenalkan fasilitas akademik dan lingkungan belajar di universitas ini. Para delegasi mengunjungi berbagai ruang kuliah, perpustakaan, serta pusat kajian Islam yang ada di FAI UMMAT. Selain itu, delegasi juga berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para mahasiswa dan dosen UMMAT guna bertukar pandangan tentang berbagai aspek pendidikan Islam.

Dengan adanya GISO 2025 ini, diharapkan sinergi antara USIM dan UMMAT dapat semakin erat dalam bidang pendidikan Islam, riset, dan pengembangan akademik. Kedua institusi berkomitmen untuk terus menjalin kolaborasi melalui pertukaran mahasiswa, penelitian bersama, serta program akademik yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan Islam di kawasan Asia Tenggara. Semangat kebersamaan yang terjalin dalam kegiatan ini menjadi langkah awal menuju kerja sama yang lebih produktif dan bermanfaat bagi umat Islam secara global (HUMAS UMMAT).

Kisah Inspiratif Mahasiswa UMMAT Magang di Thailand, Kunci Sukses Menembus Pasar Global

Kisah Inspiratif Mahasiswa UMMAT Magang di Thailand, Kunci Sukses Menembus Pasar Global

Mataram, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), Hanik, peserta internasional YALA PESAO 1’s magang, berbagi cerita inspiratif tentang pengalamannya di Thailand. Program yang berlangsung selama dua bulan ini membuka banyak peluang dan tantangan, sekaligus menjadi pembelajaran berharga dalam kehidupan dan kariernya (06/12).

Hanik Ditempatkan di Kabang Pittayakham School, sebuah sekolah setingkat aliyah yang berlokasi di provinsi Yala, Thailand Selatan. “Alhamdulillah, saya magang di daerah mayoritas Muslim. Pengalaman ini memberi saya kesempatan untuk mengajar dan berinteraksi dengan siswa menengah di sana,” ujarnya. Namun, perjalanan ke lokasi tidaklah mudah. “Tempat saya berada di daerah terdalam, dan untuk mencapai kota, saya harus menempuh perjalanan 12 jam melewati dua lembah,” tambahnya.

Dalam perjalanan magangnya, Hanik menghadapi berbagai tantangan, termasuk perbedaan budaya, mentalitas, dan bahasa. “Di Thailand, rata-rata orang belum bisa berbahasa Inggris. Namun, alhamdulillah, saya sedikit-sedikit bisa berbahasa Melayu, sehingga mempermudah komunikasi,” ungkapnya. Tantangan ini tidak hanya menguji kemampuan adaptasi Hanik, tetapi juga membantunya memahami pentingnya fleksibilitas dan keterampilan komunikasi lintas budaya.

Ia juga mencatat perbedaan signifikan dalam sistem pendidikan antara Thailand dan Indonesia. “Di Thailand, siswa SMA diberikan kebebasan untuk menggunakan HP dalam proses belajar, dan fasilitas yang diberikan sangat mendukung eksplorasi mereka. Hal ini berbeda dengan di Indonesia,” jelas Hanik. Menurutnya, kebebasan ini menciptakan lingkungan belajar yang inovatif dan memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi potensi mereka secara maksimal. “Guru-guru di sana juga sangat dihormati, dan perhatian siswa terhadap pengajaran sangat baik,” tambahnya.

Selain itu, Hanik mengamati bahwa budaya belajar siswa di Thailand cenderung lebih mandiri. Mereka terdorong untuk mengeksplorasi materi pelajaran sendiri dan mengembangkan solusi kreatif untuk berbagai permasalahan. Pengalaman ini memberikan wawasan baru bagi Hanik tentang pendekatan pendidikan yang berbeda, yang menurutnya dapat menjadi inspirasi bagi sistem pendidikan di Indonesia.

Hanik menekankan bahwa pencapaiannya tidak terlepas dari dukungan kampus. “Kampus UMMAT sangat mendukung, terutama karena memiliki asosiasi di Thailand yang memudahkan mahasiswa untuk terlibat dalam program seperti ini,” katanya. Ia juga menyebutkan bahwa program magang ini cukup viral di Thailand, menarik perhatian banyak mahasiswa. “Program ini tidak hanya memberikan pengalaman mengajar, tetapi juga membuka jejaring internasional,” tambahnya.

Namun, program ini memiliki persyaratan yang ketat. “Peserta harus bisa berbahasa Inggris dan siap ditempatkan di daerah mana pun di Thailand,” ungkap Hanik. Program ini juga menuntut komitmen tinggi dari para pesertanya, karena mereka harus mampu beradaptasi dengan lingkungan baru yang sering kali jauh dari kenyamanan. “Saya sangat bersyukur bisa terlibat dalam program ini, karena ini adalah pengalaman yang tidak akan saya lupakan seumur hidup,” ujarnya penuh rasa syukur.

Pengalaman Hanik di Kabang Pittayakham School memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya keterbukaan dan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan. Menurutnya, sekolah tempatnya mengajar memiliki pendekatan yang sangat terbuka dan inovatif. “Sekolah ini sangat open-minded, meskipun berada di daerah yang cukup terpencil. Mereka memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis dan mandiri,” jelas Hanik.

Sebagai penutup, Hanik memberikan pesan berharga kepada mahasiswa lainnya. “Kita harus meningkatkan soft skill, hard skill, dan networking. Tiga hal ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas diri. Apalagi di era sekarang, Artificial Intelligence (AI) saja sudah bisa berbahasa Inggris, masa kita tidak bisa?” katanya dengan penuh semangat.

Hanik juga mengingatkan pentingnya memiliki mental yang kuat dan sikap pantang menyerah. “Setiap tantangan yang kita hadapi adalah bagian dari proses belajar. Jangan pernah takut untuk keluar dari zona nyaman, karena di situlah kita akan menemukan potensi terbaik dalam diri kita,” tambahnya.

Kisah Hanik menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus mengejar peluang dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan global. Dengan pengalaman berharga ini, ia membuktikan bahwa semangat belajar dan adaptasi adalah kunci untuk meraih kesuksesan di mana pun berada. Hanik berharap cerita ini dapat memotivasi lebih banyak mahasiswa untuk mengikuti program-program internasional dan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia melalui pengalaman global (HUMAS UMMAT).

Gaungkan Perlawanan Kekerasan Seksual, FORMASI UMMAT Komitmen Putus Mata Rantai Reviktimisasi di Dunia Pendidikan

Gaungkan Perlawanan Kekerasan Seksual, FORMASI UMMAT Komitmen Putus Mata Rantai Reviktimisasi di Dunia Pendidikan

Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) melalui Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMASI) gelar dialog publik bertajuk “Problematika dan Pencegahan Kekerasan Seksual di Dunia Pendidikan: Reviktimisasi dan Perlindungan Generasi Muda”. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi wadah untuk menguraikan langkah-langkah pencegahan dan solusi bersama dalam menangani isu kekerasan seksual di dunia pendidikan, Auditorium H. Anwar Ikraman (02/01).

Ketua Panitia, Mulyani, menyoroti peningkatan kasus kekerasan seksual di dunia pendidikan. “Beberapa tahun terakhir, kekerasan seksual menjadi ancaman serius, terutama di lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi tempat aman untuk belajar dan berkembang. Melalui dialog ini, kami ingin memberikan ruang diskusi yang konstruktif untuk membahas solusi bersama,” ujarnya dengan penuh semangat.

Ketua Umum FORMASI, Soalihin,  menekankan pentingnya upaya pencegahan kekerasan seksual sebagai tanggung jawab bersama. “Generasi muda harus dipupuk dengan nilai-nilai positif dan dilindungi dari ancaman kekerasan seksual. Kekerasan ini berdampak buruk, tidak hanya secara fisik tetapi juga secara psikis. Kita semua bertanggung jawab untuk menghentikan mata rantai kekerasan ini,” tegasnya. Ia juga berharap hasil dari dialog ini dapat menjadi rekomendasi konkret untuk memberantas kekerasan seksual di lingkungan pendidikan.

Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BKA) UMMAT, Drs. Amil, M.M., yang menekankan pentingnya sinergi antara kampus, mahasiswa, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan bebas dari kekerasan seksual. “Kampus harus menjadi pelopor dalam pencegahan kekerasan seksual dengan menyediakan kebijakan, edukasi, dan layanan yang mendukung para korban,” katanya. Ia juga menyoroti relevansi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS), yang menjadi landasan hukum bagi institusi pendidikan untuk mengambil langkah aktif dalam pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.

“UU TPKS memberikan kerangka hukum yang jelas bagi kampus untuk melindungi mahasiswanya. Dengan adanya payung hukum ini, kita dapat bekerja sama lebih baik untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung pendidikan yang berkualitas, apalagi sekarang dikampus kita sudah ada lembaga PPKS yang akan intens mengawal isu kekerasan” ungkapnya. Ia berharap kampus-kampus di Indonesia, termasuk UMMAT, dapat terus meningkatkan kesadaran dan edukasi mengenai isu ini, sekaligus menjadi zona aman bagi generasi muda untuk belajar dan berkembang.

Dialog publik ini menghadirkan pembicara-pembicara kompeten dari berbagai bidang, yakni : Joko Jumadi, Ketua Lembaga Pencegahan Kekerasan Seksual Universitas Mataram, yang memaparkan pentingnya edukasi preventif. “Masyarakat sering kali tidak sadar bahwa tindakan tertentu dapat dikategorikan sebagai kekerasan seksual. Oleh karena itu, perlu ada sosialisasi terus-menerus tentang apa yang termasuk kekerasan seksual dan bagaimana mencegahnya,” jelasnya.

Menurut Joko Jumadi, kekerasan seksual dapat dipecah ke dalam beberapa bentuk, yaitu:

  1. Pelecehan Verbal, Melibatkan ucapan, komentar, atau candaan bernada seksi yang memberi seseorang. “Banyak yang tidak menyadari bahwa ucapan bernada seksi, meski terkesan hanya bercanda, sebenarnya bisa berdampak besar pada korban,” ujar Joko.
  2. Pelecehan Non-Verbal, Seperti isyarat tubuh, pandangan tidak senonoh, atau tindakan yang mengandung unsur seksual tanpa persetujuan korban. “Hal ini sering terjadi di lingkungan pendidikan, namun jarang dilaporkan karena dianggap hal sepele,” tambahnya.
  3. Kekerasan Fisik, Meliputi pemaksaan sentuhan hingga tindakan seksual menggunakan kekerasan atau ancaman. “Ini merupakan bentuk kekerasan yang paling nyata dan sering kali meninggalkan trauma mendalam pada korban,” ungkapnya.
  4. Eksploitasi Seksual, Pemanfaatan seseorang untuk tindakan seksual dengan tekanan, ancaman, atau ketergantungan tertentu. “Contohnya adalah pemaksaan untuk memenuhi kebutuhan seksual dengan keseimbangan nilai akademik atau keuntungan lain,” jelasnya.
  5. Reviktimisasi, Situasi di mana korban kembali menjadi sasaran kekerasan atau diskriminasi akibat penanganan kasus yang tidak sensitif. “Korban sering kali merasa tidak mendapat dukungan yang layak dan malah menyalahkan atas apa yang menimpa mereka,” katanya.

Joko Jumadi juga menegaskan bahwa penanganan kekerasan seksual memerlukan upaya kolaboratif. Kampus, mahasiswa, dan masyarakat harus bahu-membahu untuk menciptakan lingkungan yang aman dan melindungi generasi muda dari ancaman kekerasan seksual.

Sementara itu, perwakilan dari Polda NTB, AKBP Ni Pujewati, S.I.K, M.M, memberikan panduan praktis terkait pelaporan kasus kekerasan seksual dan prosedur hukum yang dapat ditempuh oleh korban. “Kami di kepolisian terus mendorong keberanian untuk melapor dan memastikan bahwa perlindungan bagi mereka menjadi prioritas,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa kepolisian memiliki mekanisme perlindungan yang terstruktur untuk melindungi korban dari intimidasi atau ancaman lebih lanjut. “Pelaporan dapat dilakukan secara langsung atau melalui platform digital yang kami sediakan untuk memudahkan akses bagi korban. Kami juga menyediakan pendampingan hukum serta psikologis bagi mereka yang membutuhkan,” jelasnya.

Dialog ini mendapat respons positif dari peserta yang hadir. Banyak mahasiswa yang merasa bahwa isu kekerasan seksual perlu dibahas lebih mendalam dan menjadi perhatian utama, terutama di tahun-tahun mendatang. Salah satu peserta, Dian Fadilah, mahasiswa FKIP UMMAT, menyampaikan harapannya, “Semoga kampus, apparat berwajib dan masyarakat semakin peduli terhadap masalah ini, karena kekerasan seksual tidak hanya merusak korban, tetapi juga generasi masa depan.” imbuhnya.

Sebagai penutup, Soalihin, menyampaikan harapan besarnya terhadap keberlanjutan gerakan ini. “Kami berharap dialog ini menjadi awal dari perubahan nyata. Kita semua harus berkomitmen untuk memberantas kekerasan seksual dan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi generasi muda,” ujarnya.

Dengan terselenggaranya dialog publik ini, FORMASI berharap dapat menginspirasi langkah-langkah konkret dalam memutus mata rantai kekerasan seksual, tidak hanya di lingkungan UMMAT, tetapi juga di seluruh dunia pendidikan (HUMAS UMMAT).