Mataram, 21 Februari 2025 – Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) resmi mengukuhkan guru besar pertama non-Muslim dalam institusinya. Prof. I Made Suyasa, M.Hum., yang meraih gelar Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sastra dan Tradisi, telah mengabdikan dirinya di UMMAT sejak tahun 1986 hingga kini.
Prof. Made mengungkapkan rasa syukur dan terima kasihnya atas kesempatan yang diberikan oleh UMMAT dalam perjalanan akademiknya. “UMMAT telah memberikan anugerah terbaik dalam hidup saya, dan saya sangat mencintai institusi ini. Saya mencapai gelar tertinggi sebagai guru besar berkat UMMAT, oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pejabat yang berada di UMMAT. Saya akan berikhtiar dengan sisa tenaga dan pemikiran yang saya miliki untuk terus berkontribusi bagi UMMAT,” ujar Prof. Made.
Pengukuhan Prof. Made sebagai guru besar menjadi bukti nyata bahwa UMMAT menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi dan inklusivitas dalam dunia pendidikan. Sebagai institusi yang berlandaskan nilai-nilai Islam, UMMAT tetap memberikan ruang yang luas bagi seluruh akademisi dan tenaga pengajar dari berbagai latar belakang agama untuk berkembang dan berkontribusi bagi kemajuan pendidikan.
Dalam pesannya kepada para dosen dan mahasiswa, Prof. Made menekankan pentingnya menghormati empat guru dalam kehidupan. “Ada empat guru yang harus kita hormati dalam hidup ini. Yang pertama adalah guru yang maha guru, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, yang menciptakan kita dan dunia ini. Guru yang kedua adalah orang tua kita yang telah membesarkan kita dengan kasih sayang. Guru yang ketiga adalah pendidik yang menjadikan kita cerdas dan berpengetahuan. Sedangkan guru yang keempat adalah pemerintah yang menjaga keamanan dan ketertiban bagi kehidupan kita,” jelasnya.
Rektor UMMAT, Drs. Abdul Wahab, MA., menyampaikan apresiasi dan rasa bangganya atas pencapaian Prof. Made. “Beliau telah menjadi bagian dari keluarga besar UMMAT selama puluhan tahun dan terus menunjukkan dedikasi luar biasa dalam dunia akademik. Ini adalah bukti nyata bahwa UMMAT menghargai kompetensi dan kontribusi tanpa membedakan latar belakang keagamaan,” ungkapnya.
Pengukuhan ini menandai komitmen UMMAT dalam memberikan kesempatan yang sama bagi semua akademisi untuk berkembang dan berkontribusi, tanpa memandang latar belakang agama. Dengan semangat toleransi yang kuat, UMMAT terus menjadi ruang inklusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan sumber daya manusia di Indonesia (HUMAS UMMAT).
Mataram, 18 Februari 2025– Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) mencatat sejarah baru dengan mengukuhkan dua Guru Besar pertama dalam Sidang Senat Terbuka yang berlangsung dengan penuh khidmat. Kedua akademisi yang memperoleh gelar tertinggi dalam dunia akademik ini adalah Prof. Joni Safaat Adiansyah, ST., M.Sc., Ph.D sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Kajian Daur Hidup dan Prof. Dr. I Made Suyasa, M. Hum sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Sastra dan Tradisi.
Rektor UMMAT, Drs. Abdul Wahab, MA., sekaligus Ketua Senat, menyampaikan apresiasi dan rasa bangga atas pencapaian luar biasa yang diraih oleh kedua Guru Besar ini. Ia menekankan bahwa keberhasilan ini merupakan cerminan dari dedikasi UMMAT dalam mewujudkan visinya sebagai universitas yang Islami, unggul, dan berdaya saing di tingkat ASEAN.
Lebih lanjut, Rektor menyatakan bahwa pencapaian ini tidak hanya membanggakan bagi individu yang meraihnya, tetapi juga bagi seluruh sivitas akademika UMMAT. Ia berharap bahwa prestasi ini dapat menjadi inspirasi bagi para dosen lainnya, khususnya lektor kepala, untuk terus meningkatkan kompetensi akademik dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. “Kami sangat mengapresiasi perjuangan dan dedikasi yang telah dilakukan oleh kedua Guru Besar kita. Semoga pencapaian ini menjadi motivasi bagi para lektor kepala di UMMAT untuk terus berusaha mencapai jabatan akademik tertinggi. Saat ini, UMMAT memiliki 22 lektor kepala yang berpotensi untuk meraih jabatan Guru Besar dalam waktu dekat,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menegaskan komitmen universitas dalam mendukung para dosen untuk mencapai jenjang akademik tertinggi dengan berbagai program peningkatan kapasitas, seperti pelatihan, bimbingan publikasi ilmiah, serta fasilitasi penelitian yang inovatif dan berkualitas. Dengan demikian, diharapkan semakin banyak dosen UMMAT yang dapat meraih gelar Guru Besar dan membawa universitas ini ke tingkat yang lebih tinggi dalam dunia akademik.
Prof. Joni Safaat Adiansyah,ST.,M.Sc.,PhD., menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada Pemerintah Republik Indonesia, khususnya Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, atas kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk mengemban jabatan Guru Besar. Sebagai bentuk kontribusi akademiknya, Prof. Joni menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul Aplikasi Kajian Daur Hidup (Life Cycle Assessment) untuk Meningkatkan Kinerja Lingkungan pada Sektor Industri. Dalam pidato tersebut, beliau menyoroti pentingnya metode Kajian Daur Hidup (LCA) sebagai pendekatan dalam menilai dampak lingkungan dari suatu produk atau proses industri, dari tahap produksi hingga pembuangan. “Pendekatan LCA dapat membantu sektor industri dalam mengurangi jejak lingkungan dan mendukung pembangunan berkelanjutan,” jelasnya.
Sementara itu, Prof. Dr. I Made Suyasa, M. Hum., dalam pidato pengukuhannya yang berjudul Sastra dan Tradisi Lisan: Produksi Kultural dan Kontestasi di Dunia Global menyoroti dinamika sastra dan tradisi lisan dalam era globalisasi. Beliau menjelaskan bagaimana karya sastra dan tradisi lisan tidak hanya menjadi warisan budaya tetapi juga menjadi arena kontestasi dan adaptasi dalam berbagai konteks global. Sebagai pembuka pidatonya, Prof. I Made Suyasa membacakan karya sastranya yang berjudul Secarik Kertas untuk Kita, sebuah refleksi mendalam tentang nilai-nilai kemanusiaan dalam budaya lokal.
Kepala LLDIKTI Wilayah VIII, Dr. Ir. I Gusti Lanang Bagus Eratodi, ST., MT., IPU., ASEAN.Eng., turut menyampaikan apresiasi atas keberhasilan UMMAT dalam melahirkan dua Guru Besar dari generasi yang berbeda. Menurutnya, Prof. Joni merupakan representasi dari era teknologi, sementara Prof. I Made membawa inspirasi dari dunia sastra dan tradisi. Ia menegaskan bahwa pencapaian ini menunjukkan profesionalisme UMMAT sebagai institusi pendidikan tinggi yang terus berkembang. Ia optimis bahwa dalam dua hingga tiga tahun ke depan, UMMAT akan memiliki lebih banyak dosen profesional yang berhasil meraih gelar Guru Besar.
Majelis Dikti Litbang PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Sutrisno, M.Ag., menyampaikan selamat kepada kedua Profesor yang baru dikukuhkan. Menurutnya, pencapaian ini merupakan awal yang baik dan diharapkan dapat menjadi pendorong bagi UMMAT untuk terus melahirkan lebih banyak guru besar di masa mendatang.
Dalam kesempatan tersebut, beliau juga menyampaikan sepenggal pesan inspiratif yang berjudul Waktu, mengingatkan bahwa perjalanan akademik yang gemilang harus diiringi dengan dedikasi dan kontribusi nyata bagi masyarakat dan bangsa. “Harapan kami dari Dikti Litbang, pencapaian ini betul-betul menjadi kebanggaan bagi seluruh warga NTB dan UMMAT. Akan lebih membanggakan lagi jika para guru besar ini benar-benar berkontribusi bagi negara dan kemajuan ilmu pengetahuan,” ungkapnya.
Prof. Sutrisno juga menekankan pentingnya estafet keilmuan di kalangan akademisi, khususnya bagi para dosen yang telah mencapai jabatan Lektor Kepala. Dengan menjadikan riset dan publikasi sebagai prioritas utama, ia yakin UMMAT akan semakin dipercaya oleh masyarakat dan terus berkembang sebagai institusi pendidikan yang unggul (HUMAS UMMAT).
Mataram, 17 Februari 2025 – Baiq Jannati Luklu’il Maknun, mahasiswa Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), terpilih sebagai salah satu dari 35 peserta yang mengikuti Garuda Nusa Youth Summit (GNYS) Batch 3 . Kegiatan bergengsi ini diadakan di tiga negara ASEAN: Singapura, Malaysia, dan Thailand yang akan berlangsung mulai hari ini 17 Februari hingga 22 Februari 2025 mendatang.
Kegiatan tersebut mengusung tema “From Local to Global: Shaping Future Leaders of Indonesia and ASEAN”, GNYS Batch 3 yang bertujuan untuk memperkenalkan para pemuda Indonesia pada perspektif global serta mempertemukan mereka dengan para pemimpin inspiratif, penggerak perubahan, dan praktisi dari berbagai bidang. Program ini menjadi wadah bagi peserta untuk mengembangkan potensi diri, membangun jejaring internasional, dan meningkatkan pemahaman mengenai kepemimpinan serta kerja sama internasional.
Baiq Jannati mengungkapkan bahwa perjalanan GNYS Batch 3 bukanlah hal yang mudah. Tantangan utama yang ia hadapi adalah mempersiapkan berbagai hal mulai dari materi untuk konferensi pers , perlengkapan yang dibutuhkan selama perjalanan, hingga membagi waktu dengan penyusunan skripsinya.
“Ini adalah penerbangan internasional pertama saya, dan saya harus berangkat sendiri tanpa siapapun. Jadi, cukup menantang karena saya harus mempersiapkan semuanya sendiri, mulai dari materi, mental, hingga kesiapan fisik,” ujar Baiq Jannati.
Dalam GNYS Batch 3, peserta akan mengikuti delapan kegiatan utama yang dirancang untuk memperkaya wawasan mereka dalam bidang kepemimpinan, critical thinking, dan kerja sama internasional. Program ini menitikberatkan pada pengalaman langsung dan interaksi dengan para ahli serta pemimpin di ASEAN, sehingga membuka peluang lebih besar bagi peserta untuk memahami dinamika global.
Jejak Langkah di ASEAN Selama satu minggu, peserta akan terlibat dalam berbagai kegiatan, termasuk diskusi panel bersama tokoh inspiratif, kunjungan institusi strategis, serta workshop intensif tentang kepemimpinan dan inovasi. Mereka juga akan memiliki kesempatan untuk mengembangkan soft skills, seperti komunikasi lintas budaya dan negosiasi internasional.
Di Singapura, peserta akan mengikuti studi kebijakan dan kepemimpinan global, mempelajari bagaimana negara kecil ini berhasil menjadi pusat ekonomi dunia. Di Malaysia, mereka akan mengunjungi lembaga akademik dan bisnis untuk memahami strategi pengembangan industri kreatif dan teknologi. Sementara di Thailand, mereka akan menggali lebih dalam konsep sustainabilitydan ekonomi hijau dalam konteks ASEAN.
Sebagai mahasiswa UMMAT yang berkesempatan untuk mewakili Indonesia di forum internasional ini, Baiq Jannati berharap agar pengalamannya nanti dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk berani mengambil peluang di kancah global.
“Saya harap dengan mengikuti kegiatan ini, saya bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa UMMAT untuk mulai berani mengepalkan sayap di tingkat global. Jangan takut sendiri, jangan takut gagal. Setidaknya, setiap kegagalan dan rasa takut yang kita hadapi itu sudah menunjukkan bahwa kita telah melangkah lebih jauh dari sebelumnya,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga berharap agar partisipasinya dalam GNYS Batch 3 dapat menjadi momentum bagi kampus untuk semakin mendukung prestasi mahasiswa dan memperluas kolaborasi di tingkat ASEAN.
“Saya berharap ini akan menjadi peluang besar bagi kampus dalam terus mendukung keinginan, langkah, dan pencapaian mahasiswa. Selain itu, semoga dapat mendorong peningkatan kerja sama mahasiswa UMMAT dengan jejaring internasional di ASEAN,” tambahnya (HUMAS UMMAT).
Mataram, 12 Februari 2025 – Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT) resmi melantik Dekan Fakultas Pertanian (FAPERTA) dan Dekan Fakultas Agama Islam (FAI) untuk masa jabatan 2025-2029. Dalam prosesi pelantikan yang berlangsung khidmat, Dr. H. Muhirdan, S.Pd.I., M.Si., resmi menjabat sebagai Dekan FAI, sementara Syirril Ikhromi, S.P., M.P., dilantik sebagai Dekan FAPERTA.
Rektor UMMAT, Drs. Abdul Wahab, M.A., menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya pelantikan ini. Beliau berharap para dekan yang baru dilantik dapat menjalankan tugas dengan amanah dan penuh tanggung jawab selama masa jabatan mereka. “Jabatan yang diemban bukan sekadar formalitas, tetapi merupakan amanah besar yang harus dijalankan dengan penuh dedikasi. Kepemimpinan di tingkat fakultas memiliki peran strategis dalam menentukan arah pengembangan akademik dan mutu pendidikan di UMMAT,” tegasnya. Oleh karena itu, beliau meminta para dekan untuk tidak hanya berperan sebagai pemimpin administratif, tetapi juga sebagai agen perubahan yang mampu mendorong inovasi dan kolaborasi di lingkungan akademik.
Selain itu, Rektor juga menyoroti pentingnya peningkatan akreditasi minimal hingga tingkat “Baik Sekali” sebagai target yang harus dicapai oleh setiap fakultas. Menurutnya, akreditasi yang baik akan memberikan dampak positif terhadap daya saing lulusan, kualitas pengajaran, serta peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap UMMAT. Untuk itu, beliau mengajak seluruh civitas akademika, termasuk dosen dan tenaga kependidikan, untuk bersinergi dalam meningkatkan kualitas akademik dan layanan pendidikan di kampus.
beliau juga menyoroti perlunya pengelolaan website di setiap unit kampus agar lebih optimal dalam mendukung kegiatan akademik dan administratif. Menurutnya, website yang dikelola dengan baik dapat menjadi media utama dalam menyampaikan informasi akademik, promosi program studi, serta pencapaian institusi kepada masyarakat luas. Beliau meminta agar setiap fakultas lebih proaktif dalam memperbarui informasi di website masing-masing dan memanfaatkannya sebagai sarana untuk meningkatkan citra akademik UMMAT.
Tidak lupa, beliau juga mengucapkan terima kasih kepada para mantan dekan atas dedikasi dan kerja keras mereka selama menjabat. “Semoga segala usaha dan pengabdian yang telah diberikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT,” ujar Rektor UMMAT.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr. H. Falahuddin, M.Ag., turut menyampaikan ucapan selamat kepada para dekan yang baru dilantik. Dalam pidatonya, beliau menekankan bahwa amanah yang diemban merupakan sebuah titipan yang harus dijaga dengan baik.
Beliau mengutip QS Al-Anfal ayat 27 yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul serta janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui”.
Dalam konteks ini, beliau mengingatkan bahwa para pejabat struktural di lingkungan Muhammadiyah telah memilih jalur dakwah melalui peran struktural, yang menuntut tanggung jawab lebih besar dan kedisiplinan yang tinggi.
“Kita harus menjadi kader persyarikatan, bukan sekadar anggota. Seorang kader bertanggung jawab menggerakkan persyarikatan lebih tinggi,” ungkapnya. Beliau menambahkan bahwa kampus merupakan instrumen utama dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, sesuai cita-cita KH. Ahmad Dahlan.
Dr. Falahuddin juga menekankan bahwa dalam struktur Muhammadiyah, semua elemen kepemimpinan harus mengikuti misi yang telah ditetapkan oleh Rektor agar dakwah persyarikatan tetap berjalan selaras. “Ikhtiar kita di Muhammadiyah adalah menjadi model pembelajaran (model learning) yang bisa dicontoh oleh yang lain,” tambahnya.
Lebih lanjut, beliau mengingatkan pentingnya keikhlasan dalam berkhidmat di Muhammadiyah. Mengutip pesan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir, beliau menyatakan bahwa menjadi kader persyarikatan harus didasari dengan keikhlasan. Jika belum terpilih dalam struktur kepemimpinan, harus tetap bersyukur dan yakin bahwa berkah ada di tempat lain.
Sebagai penutup, Dr. Falahuddin mengingatkan seluruh civitas akademika UMMAT agar memperlakukan institusi ini sebagai rumah bersama, bukan sebagai rumah tangga laba-laba yang saling memangsa. “UMMAT adalah rumah kita, tempat kita bersama-sama berjuang demi kemajuan pendidikan dan dakwah Islam,” pungkasnya.
Usai prosesi pelantikan, acara dilanjutkan dengan serah terima jabatan dari pejabat lama kepada pejabat baru. Para dekan yang telah purna tugas turut memberikan pesan dan kesan serta harapan bagi kemajuan fakultas di masa mendatang. Suasana penuh haru terasa saat mantan Dekan FAPERTA dan FAI menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh civitas akademika atas dukungan yang telah diberikan selama masa kepemimpinan mereka.
Pelantikan dan serah terima jabatan ini menjadi momentum penting bagi UMMAT dalam meningkatkan kinerja akademik dan administrasi di lingkungan kampus. Dengan semangat kebersamaan dan komitmen yang tinggi, diharapkan para pejabat struktural yang baru mampu membawa UMMAT ke arah yang lebih baik, berdaya saing, dan tetap berlandaskan nilai-nilai Islam yang kuat (HUMAS UMMAT).
Mataram, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), Hanik, peserta internasional YALA PESAO 1’s magang, berbagi cerita inspiratif tentang pengalamannya di Thailand. Program yang berlangsung selama dua bulan ini membuka banyak peluang dan tantangan, sekaligus menjadi pembelajaran berharga dalam kehidupan dan kariernya (06/12).
Hanik Ditempatkan di Kabang Pittayakham School, sebuah sekolah setingkat aliyah yang berlokasi di provinsi Yala, Thailand Selatan. “Alhamdulillah, saya magang di daerah mayoritas Muslim. Pengalaman ini memberi saya kesempatan untuk mengajar dan berinteraksi dengan siswa menengah di sana,” ujarnya. Namun, perjalanan ke lokasi tidaklah mudah. “Tempat saya berada di daerah terdalam, dan untuk mencapai kota, saya harus menempuh perjalanan 12 jam melewati dua lembah,” tambahnya.
Dalam perjalanan magangnya, Hanik menghadapi berbagai tantangan, termasuk perbedaan budaya, mentalitas, dan bahasa. “Di Thailand, rata-rata orang belum bisa berbahasa Inggris. Namun, alhamdulillah, saya sedikit-sedikit bisa berbahasa Melayu, sehingga mempermudah komunikasi,” ungkapnya. Tantangan ini tidak hanya menguji kemampuan adaptasi Hanik, tetapi juga membantunya memahami pentingnya fleksibilitas dan keterampilan komunikasi lintas budaya.
Ia juga mencatat perbedaan signifikan dalam sistem pendidikan antara Thailand dan Indonesia. “Di Thailand, siswa SMA diberikan kebebasan untuk menggunakan HP dalam proses belajar, dan fasilitas yang diberikan sangat mendukung eksplorasi mereka. Hal ini berbeda dengan di Indonesia,” jelas Hanik. Menurutnya, kebebasan ini menciptakan lingkungan belajar yang inovatif dan memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi potensi mereka secara maksimal. “Guru-guru di sana juga sangat dihormati, dan perhatian siswa terhadap pengajaran sangat baik,” tambahnya.
Selain itu, Hanik mengamati bahwa budaya belajar siswa di Thailand cenderung lebih mandiri. Mereka terdorong untuk mengeksplorasi materi pelajaran sendiri dan mengembangkan solusi kreatif untuk berbagai permasalahan. Pengalaman ini memberikan wawasan baru bagi Hanik tentang pendekatan pendidikan yang berbeda, yang menurutnya dapat menjadi inspirasi bagi sistem pendidikan di Indonesia.
Hanik menekankan bahwa pencapaiannya tidak terlepas dari dukungan kampus. “Kampus UMMAT sangat mendukung, terutama karena memiliki asosiasi di Thailand yang memudahkan mahasiswa untuk terlibat dalam program seperti ini,” katanya. Ia juga menyebutkan bahwa program magang ini cukup viral di Thailand, menarik perhatian banyak mahasiswa. “Program ini tidak hanya memberikan pengalaman mengajar, tetapi juga membuka jejaring internasional,” tambahnya.
Namun, program ini memiliki persyaratan yang ketat. “Peserta harus bisa berbahasa Inggris dan siap ditempatkan di daerah mana pun di Thailand,” ungkap Hanik. Program ini juga menuntut komitmen tinggi dari para pesertanya, karena mereka harus mampu beradaptasi dengan lingkungan baru yang sering kali jauh dari kenyamanan. “Saya sangat bersyukur bisa terlibat dalam program ini, karena ini adalah pengalaman yang tidak akan saya lupakan seumur hidup,” ujarnya penuh rasa syukur.
Pengalaman Hanik di Kabang Pittayakham School memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya keterbukaan dan fleksibilitas dalam menghadapi tantangan. Menurutnya, sekolah tempatnya mengajar memiliki pendekatan yang sangat terbuka dan inovatif. “Sekolah ini sangat open-minded, meskipun berada di daerah yang cukup terpencil. Mereka memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis dan mandiri,” jelas Hanik.
Sebagai penutup, Hanik memberikan pesan berharga kepada mahasiswa lainnya. “Kita harus meningkatkan soft skill, hard skill, dan networking. Tiga hal ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas diri. Apalagi di era sekarang, Artificial Intelligence (AI) saja sudah bisa berbahasa Inggris, masa kita tidak bisa?” katanya dengan penuh semangat.
Hanik juga mengingatkan pentingnya memiliki mental yang kuat dan sikap pantang menyerah. “Setiap tantangan yang kita hadapi adalah bagian dari proses belajar. Jangan pernah takut untuk keluar dari zona nyaman, karena di situlah kita akan menemukan potensi terbaik dalam diri kita,” tambahnya.
Kisah Hanik menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk terus mengejar peluang dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan global. Dengan pengalaman berharga ini, ia membuktikan bahwa semangat belajar dan adaptasi adalah kunci untuk meraih kesuksesan di mana pun berada. Hanik berharap cerita ini dapat memotivasi lebih banyak mahasiswa untuk mengikuti program-program internasional dan meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia melalui pengalaman global (HUMAS UMMAT).
Mataram, UMMAT kembali menorehkan prestasi di kancah nasional. Prestasi tersebut diraih oleh mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram (UMMAT), Utari Ardita, berhasil menorehkan pengalaman berharga dalam Abdidaya Ormawa 2024, yang diadakan di Universitas Udayana, Bali, pada 7-9 November 2024. Kegiatan ini diikuti oleh 13 peserta dan difokuskan pada pengabdian masyarakat, terutama dalam membantu dan memberdayakan komunitas di desa-desa sekitar (12/11).
Utari, yang merupakan penerima Beasiswa Cendekia BAZNAS UMMAT, jurusan Sistem Teknologi Informasi, memaparkan bahwa tantangan terbesar dalam kegiatan ini adalah menjaga semangat dan motivasi tim agar tetap solid serta produktif dalam menjalankan tugas. “Merangkul anggota tim untuk terus bersemangat bukanlah hal yang mudah, tetapi kebersamaan dan semangat kolaboratif menjadi kunci sukses kami,” tutur Utari.
Dengan berbagai rintangan yang dihadapi, Utari dan timnya berhasil menyelesaikan program pengabdian dengan baik. Pengabdian ini menghasilkan solusi praktis yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat desa, terutama bagi kelompok sasaran yang menjadi fokus utama program ini. Program pengabdian yang dilaksanakan melibatkan pelatihan keterampilan, pengenalan teknologi informasi sederhana, serta upaya pengembangan ekonomi mikro yang berkelanjutan.
Utari menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung, khususnya Beasiswa Cendekia BAZNAS UMMAT dan para pembina yang senantiasa memberikan arahan serta bimbingan. “Dukungan dari Beasiswa Cendekia BAZNAS sangat berarti bagi kami. Terima kasih atas bimbingan dan arahan dari pembina BCB UMMAT. Harapannya, Beasiswa Cendekia BAZNAS UMMAT terus maju, unggul, dan menjadi lebih berprestasi di masa depan,” ujarnya penuh semangat.
Utari juga berharap pencapaiannya ini dapat memotivasi mahasiswa lain di UMMAT untuk lebih aktif terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat, melihatnya sebagai kesempatan untuk belajar, mengembangkan diri, dan memberikan kontribusi nyata. Menurutnya, partisipasi aktif dalam kegiatan semacam ini dapat memperkaya pengalaman mahasiswa dan membangun jiwa kepemimpinan serta tanggung jawab sosial.
Kegiatan Abdinya Ormawa 2024 sendiri diselenggarakan dalam suasana penuh antusiasme dan semangat gotong-royong. Seluruh peserta mendapat kesempatan untuk belajar langsung dari praktik-praktik terbaik pengabdian kepada masyarakat, sekaligus menjalin jaringan dengan rekan-rekan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi. Universitas Udayana sebagai tuan rumah menyambut hangat seluruh peserta dan memberikan fasilitas terbaik untuk kelancaran acara.
Dengan pengalaman berharga ini, Utari berharap bisa terus menginspirasi mahasiswa lain di UMMAT untuk memanfaatkan peluang serupa. “Mari kita terus bergerak bersama, membawa perubahan dan inovasi untuk masyarakat luas, sembari membawa nama baik kampus dan menjadikannya kebanggaan,” tutupnya.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata kontribusi generasi muda dalam mengabdikan ilmu dan keterampilannya untuk kemajuan masyarakat, sekaligus mempererat solidaritas antar mahasiswa lintas perguruan tinggi di Indonesia (HUMAS UMMAT).